Minggu, 02 November 2008

Menjadi Generasi yang Membuat Perbedaan (Difference Maker)

Apa yang membuat seseorang dapat membuat suatu perbedaan dalam lingkungannya?
Apa yang harus kita lakukan supaya orang lain memperlakukan kita berbeda dengan orang lain ?




Kisah seorang ‘Difference Ma
ker’
Berada dalam satu ruangan dengan banyak pemimpin, membuatku banyak belajar. Dalam kurun waktu lebih dari setengah tahun ini saya dikelilingi oleh orang-orang yang sangat unik yang bukan hanya berdedikasi dan selalu antusias dalam pekerjaannya, namun juga selalu berkeinginan untuk maju. Salah satu dari sekian banyak rekan-rekan yang haus untuk menapaki hal-hal yang baru di ruanganku adalah seorang yang bernama Bp Johan.


Predikat sebagai guru terbaik yang menerapkan nilai-nilai dalam organisasi kami (sekolah Kristen Tunas Bangsa) menurutku adalah gelar yang layak untuk disandangnya. Seorang pribadi yang berprinsip untuk selalu maju satu langkah ke depan ini tidak berhenti membuat perubahan dalam hidupnya. Mulai dari belajar mengedit foto dan film secara otodidak, membuat blog (setelah beberapa hari sebelumnya kami dimotivasi untuk menjadi seorang guru yang excellent), dan bahkan yang membuatku terinspirasi hingga akhirnya aku memutuskan untuk membuat tulisan ini adalah saat ia mengatakan bahwa ia mulai mengajar anak-anak kelas VII dan VIII dalam bahasa Inggris.

Barangkali apabila yang mengajar dalam bahasa Inggris adalah rekanku yang lain, mungkin aku tidak akan terlalu terinspirasi dan bahkan mungkin tulisan ini tidak akan pernah lahir. Namun seseorang yang pernah mengakui bahwa selama masa sekolahnya ia sering melarikan diri dari pelajaran Bahasa Inggris karena tidak menyukainya ini telah membuat perbedaan. Wow, keterbatasan ternyata tidak menghadangnya untuk maju. Ia membuat keterbatasan itu menjadi batu loncatan. Batu yang seringkali hanya kita hindari atau bahkan kita abaikan, ia gunakan untuk membuat lompatan. Bukan hanya lompatan perbedaan dalam kehidupan pribadinya, tapi juga dalam lingkungannya. Itulah yang menjadikan dirinya menjadi seorang ‘difference maker’ ; menjadikan kelemahan menjadi batu loncatan untuk membuat suatu perbedaan.


Kunci pertama : ‘biasa’ namun tidak biasa
Dari kisah tersebut kita dapat menarik suatu benang merah untuk menjawab pertanyaan di atas. Apa yang membuat rekanku yang bernama Bp Johan ini membuat perbedaan bahkan ia membuat perbedaan positif dari keterbatasannya. Perubahan yang dilakukan rekanku tersebut adalah suatu hal yang sederhana. Namun kesederhanaan itulah sebenarnya kunci dari ‘difference maker’. Orang yang mampu membuat perbedaan sesungguhnya adalah seorang yang melakukan sesuatu yang ‘biasa’ dengan cara yang baiknya tidak biasa atau dengan kata lain melakukan dengan ‘excellent’. Mengajar dengan bahasa Indonesia di sekolahku adalah hal yang biasa kami lakukan, namun mengajar dengan diselingi bahasa Inggris adalah suatu cara yang tidak biasa. Dan hal yang tidak biasa itulah yang membuat ia berhasil membuat suatu perbedaan. Sederhana bukan?

Kunci kedua : mendatangkan keuntungan
Ternyata tidak sesederhana itu. Apabila kita hanya sekedar membuat perbedaan, kita dapat menjadi orang yang (kata orang Jawa) ‘nyeleneh’ di tengah masyarakat Oleh karena itu kita harus membuat perbedaan yang bermana. Apa maksudnya ? Perbedaan yang kita lakukan tidak serta merta diterima apalagi memberikan kontribusi bagi lingkungan, apalagi kalau perbedaan yang kita lakukan adalah perbedaan yang negatif bahkan menimbulkan kontroversi. Namun dapat dipastikan orang tidak akan pernah menolak perbedaan yang mendatangkan keuntungan baginya. Jadi inilah kunci yang kedua, perubahan tidak akan bermakna apabila perubahan tersebut tidak mendatangkan keuntungan bagi orang lain.

Kunci ketiga : segera lakukan!
Dunia yang makin penuh masalah ini makin dipenuhi oleh orang-orang yang depresi bahkan gila. Namun ada suatu pernyataan menarik yang berkaitan dengan siapa yang disebut ‘orang gila’. Albert Einstein pernah mengatakan bahwa ‘orang gila’ adalah orang yang berharap untuk memperoleh hasil yang berbeda namun ia selalu melakukan hal yang sema dengan cara yang sama pula. Wah, kalau demikian, betapa sering kita terjebak dalam hal ini. Kita terbuai dalam mimpi-mimpi di siang bolong, sampai kita lupa terbangun. Atau bahkan apabila kita terbangun, kita masih hidup dengan arus rutinitas namun kita berharap akan dapat menggapai mimpi yang pernah mekar dalam benak kita.

Jadi bagaimana supaya kita tidak hanya sekedar mimpi di siang bolong ? Rahasianya adalah : lakukan hal yang berbeda ! Semudah itukah ? Tentu sangat mudah apabila kita hanya merumuskannya dalam suatu kata-kata indah yang terukir dalam rencana kita. Namun melakukan sesuatu yang berbeda tidak semudah membalik telapak tangan kita dari bagian luar yang lebih gelap ke bagian dalam yang lebih terang. Kita harus sesegera mungkin mewujudkan perubahan tersebut. Kesegeraan dalam merealisasikan perubahan jauh lebih penting daripada besarnya perubahan itu sendiri. Intinya adalah tidak ada perubahan sebelum terjadinya suatu perubahan. Jadi, segera lakukan !

Akhirnya : mulailah dengan pembaharuan pikiran
Jadi, bagaimana agar orang tidak memperlakukankita sebagai generasi rata-rata alias generasi medioker namun menjadi generasi ‘difference maker’. Tentu saja tidak lain dan tidak bukan adalah dengan tidak bersikap rata-rata. Apabila kita melakukan suatu hal yang rata-rata, dengan cara rata-rata, kualitas rata-rata dan sikap yang rata-rata pula, maka dapat dipastikan kita akan memperoleh perlakuan yang rata-rata alias perlakuan yang biasa dari orang lain. Mulailah dari pembaharuan pikiran maka sikap atau respon kita akan berubah. Perubahan sikap akan menghasilkan perubahan kebiasaan. Transformasi dalam kebiasaan akan menghasilkan transformasi karakter . Dan akhirnya transformsi karakter akan menentukan siapa kita di masa yang akan datang, apakah kita akan menjadi seorang ‘difference maker’ atau tidak.


Copyright by Yohanna Adriana

Kamis, 23 Oktober 2008

Generasi Digit@l vs Generasi Analog (atrikel untuk anak muda dari pendidik orang muda yang (tentu saja) berjiwa muda)


Siapa yang tidak kenal Yahoo! Messanger, MSN, Friendster, Facebook, Youtube hingga Blogspot dan Multiply ? Kalau kamu mengaku anak muda yang ngga gaptek alias Gagap Teknologi, tentunya istilah di atas bukan hal yang asing, bahkan sudah menjadi “menu wajib” kita sehari hari.

Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa kamu sebagai anak muda sekarang hidup dalam era digital, sehingga tidaklah salah kalau kita seringkali disebut sebagai Generasi digital. Chatting dapat kita lakukan dimana saja berkat teknologi 3G, internet bukan lagi barang mahal, bahkan sekarang dengan selembar uang plastic merah kita dapat memperoleh koneksi internet tanpa batas sebulan penuh. Lalu, benarkah kamu sebagai anak muda yang melek teknologi ini menjadi apatis alias cuek terhadap lingkungan ?

Bukan satu dua kali pastinya kamu mendengar teguran orangtuamu yang memperingatkan agar mengurangi waktu bermain internet, atau ber-SMS ria dengan teman-temanmu. Pembatasan hingga pencabutan fasilitas internet menjadi ‘ancaman’ yang ‘mau tidak mau’ membuatmu pada akhirnya harus merelakan kesenangan kita berchatting, mengurangi serunya berbalas comment di situs Friendster, bahkan asyiknya mendownload lagu lagu-lagu favorit dari Youtube pun harus dibatasi.

Dan sebagai gantinya mereka memintamu keluar dari karnet (alias kamar internet) yang super nyaman itu dan berkumpul dengan mereka sekedar untukmenonton televisi dan ngobrol atau (yang menurutmu lebih menyebalkan lagi) menyuruhmu mengerjakan PR serta belajar.

Kekhawatiran orangtua
Majalah Time (19/3/2008) menyebutkan bahwa dengan stimulasi SMS, MP3, telepon, dan chatting, yang bersifat terus-menerus pada anak-anak akan terbentuk ketidakpekaan dan ketidakacuhan saat mereka berusia 25 atau 30 tahun nanti. Ya, tidak terelakkan lagi, inilah kekhawatiran orang tua (kita sebut saja dengan ‘Generasi Analog’ terhadap generasi digital hari-hari ini.

Terlalu berlebihankah kekhawatiran orang tuamu ? Kadang kita sebagai anak muda yang melek teknologi menganggap orangtua kita kuno dan ketinggalan jaman bahkan tidak mengerti dunia kita. Sebenarnya itu adalah kekhawatiran yang wajar manakala kualitas hubungan dengan orangtua kita menuju ke titik kritis. Karena bagaimanapun orangtua kita tetap mengharapkan kita memiliki koneksi yang baik dengan mereka, bukan hanya dengan teman teman kita di dunia maya.

“Jadi, haruskah aku melepaskan dunia digital dan kembali kepada dunia analog atas nama berbakti kepada orang tua?” Mungkin itu pertanyaan yang terbersit dalam pikiranmu. Tentu saja tidak. Bersembunyi dari teknologi menunjukkan bahwa kamu menyerah pada keadaan. Dan itu sama sekali bukan ciri generasi maju. Tentunya sebagai anak muda yang smart dan beretika, kamu mampu untuk memadukan perbedaan pandangan dan kepentingan yang (pasti) terjadi antara kamu (generasi digital) dan orangtuamu (generasi analog).

Mendamaikan Generasi Digital vs Generasi Analog
Karena kita tidak mungkin menuntut orang lain (orangtua.red) untuk berubah, dan perubahan itu hanya bisa dimulai dari diri kita sendiri; jangan sampai perubahan dunia yang semakin maju tidak diikuti oleh perubahan pikiran (dan sikap) yang menuju pada kemajuan.

So, gimana caranya mendamaikan Generasi Digital vs Generasi Analog (Ingat bahwa dalam hal ini kitalah yang harus berubah terlebih dahulu) :
1. Sadari dan pahamilah bahwa mereka berasal dari dunia yang berbeda
Sama dengan keherananmu dengan kesukaan mereka terhadap lagu keroncong misalnya, demikianlah pula keheranan mereka terhadap begitu sukanya kita “ngobrol dengan computer”. Inilah hal pertama yang sangat penting kamu lakukan, tanpanya rumahmu akan menjadi arena perang antar dua generasi setiap harinya.

2. Sediakan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
Jangan lupa bahwa kamu adalah seorang anak yang notabene dalam adat ketimuran masih ada dalam tanggung jawan orangtua kita. Jadi sangatlah wajar kalau mereka mengharapkan menatap wajah kita (bukan hanya mendengar suara kita) dan mengetahui kabar kita. Toh itulah salah satu tanda perhatian mereka kepada kita. Tentunya kita tidak mau kalau kita diabaikan kan ?

3. Kerjakan tanggung jawabmu sebagai pelajar dengan baik
Mencari bahan tugas di internet bukan menjadi alasan untuk berlama-lama di depan computer tanpa tujuan (apalagi hanya untuk bermain game online). Ingatlah bahwa kalau orangtuamu (yang bisa jadi bahkan tidak mengerti tentang internet) memberimu fasilitas internet (atau mengizinkanmu ke warnet), itu karena mereka percaya bahwa kamu adalah anak yang bisa dipercaya. So, lakukan tanggung jawabmu sebagai pelajar dengan baik dan jangan sia-siakan pekercayaan mereka.

4. Bermainah bersama orangtuamu (hah…ngga salah nih ?)
Tentu saja tidak sobat muda. Mungkin kamu berpikir bahwa akan membuang banyak waktu untuk mengajarkan orangtuamu YM, Facebook, dll sedangkan untuk sms saja mereka seringkali masih kesulitan. Namun dengan mengikutsertakan mereka dalam aktivitasmu di dunia maya akan meningkatkan kepercayaan mereka terhadapmu serta menunjukkan bahwa kamu mengasihi dan menghormati mereka. Tentunya kamu juga akan lebih suka kalau kamu punya orangtua yang lebih ‘gaul’ kan ya ?

Copyright by Yohanna Adriana

Senin, 20 Oktober 2008

My Fortress

INi salah satu karya mantan muridku, so inspire..JOshua with "My Fortress"

Kamis, 16 Oktober 2008

Di tengah Masa Kesesakan, Taburlah Suatu Benih


Salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi dalam pencarian kita untuk menikmati kehidupan terbaik kita adalah godaan untuk hidup dengan mementingkan diri sendiri. Di zaman yang sertba individualis ini kita diajarkan untuk menjadi nomor satu. “Apa keuntunganku di situ?” Aku akan menolongmu, tetapi apa yang akan kudapatkan sebagai imbalannya?” Seringkali pikiran tersebut terbersit dalam pikiran kita dalam hubungan kita dengan orang lain bahkan dengan Tuhan.

Namun kadangkala kita lupa Tuhan tidak pernah menciptakan kita untuk hidup bagi diri sendiri. Siapapun manusia di dunia ini, tanpa memandang suku bangsa, warna kulit, usia bahkan agama; diciptakan untuk menjadi seorang pemberi. Oleh karena itu kita tidak akan pernah benar-benar puas sebagai seorang manusia sebelum kita menjadi seorang pemberi, karena itulah hakikat kita sebagai manusia.

Ketika kita terperangkap dalam kemarahan, kekhawatiran, mengasihani diri sendiri dll, saat kita menenggelamkan diri dalam masalah-masalah dalam saya, itulah rumus untuk depresi dan keputusasaan. Jadi apabila kita sekarang berada dalam depresi dan keputusasaan, marilah kita tilik hati kita yang terdalam, apakah kita saat ini lebih mementingkan diri kita sendiri atau kita berfokus kepada Tuhan dan orang lain.

Dengan demikian salah satu solusi agar kita keluar masalah yang kita hadapi adalah dengan menolong orang lain menyelesaikan masalahnya. Benarkah itu ? Ya. Mulailah dengan menabur suatu benih agar Tuhan dapat mendatangkan panen bagi kita. Saat kita memiliki masalah dalam financial, bagikan sebagian uang yang kita miliki untuk memberi sedekah kepada orang yang memerlukan, memberi lebih banyak dari persembahan kita, atau jika kita tidak memiliki kelebihan uang kita dapat memberikan senyuman kepada orang asing yang kita temui dalam perjalanan kita. Apabila kita kesepian dan kakurangan sahabat, menabur kasih dan kehangatan kepada sesama kita adalah benih yang subur yang dapat kita tabur. Saat kita ingin menyaksikan kesembuhan dan pemulihand alam kehidupan kita, tolonglah seseorang menjadi pulih dan sembuh. Intinya, saat kita menjangkau orang lain yang membutuhkan, Tuhan akan memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan kita sendiri disediakan olehNya.

Alkitab menyebutkan, “Dalam masa-masa kesukaran, percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik.” TIdak cukup hanya mengatakan kepada TUhan, “Tuhan aku percaya kepadamu. Aku tahu bahwa Engkau akan memenuhi semua kebutuhanku.” Itu sam dengan petani yang tidak menanam benih apapun dan mengharapkan panen yang luar biasa. Firman TUhan mengatakan bawha ada dua hal yang harus kita lakukan dalam masa-masa kesukaran. Pertama, kita harus mempercayai Tuhan dan kedua, kita harus pergi dan melakukan sesuatu yang baik.

John Bunyan, penulis buku klasik The Pilgrim’s Progress berkata, “Engkau belum hidup hari ini sebelum engkau melakukan sesuatu untuk orang yang tidak dapat membayar kembali kepadamu”. Dalam masa kesukaran, jangan hanya duduk-duduk sambil merasa kasihan kepada diri sendiri. Pergi dan taburlah sebutir benih. Bahkan kita tidak perlu menunggu sampai mempunyai suatu masalah sebelum kita mulai menabur. Kita seharusnya terus-menerus mencari cara-cara agar kita dapat menjadi berkat, bukan hanya saat kita membutuhkan. Kita seharusnya bangun setiap pagi dengan mencari berbagai cara untuk menolong orang lain. Jika kita mau melakukannya, Alkitab berkata bahwa berkat-berkat Tuhan akan mengejar dan merebut kita.

Lomba 17an vs Digital Magazine



Apa hubungannya lomba 17an, digital magazine apalagi dengan sosok salah satu muridku ini ? Beberapa hari yang lalu aku baru menemukannya. Hubungan yang saling bertolak belakang antara lomba 17an dan digital magazine, dimana lomba 17an berbanding terbalik dengan RIvaldo, dan Rivaldo berbanding lurus dengan digital magazine. Mungkin kita akan semakin bingung dengan pernyataanku diatas. Ini tidak ada hubungannya dengan persamaan kuadrat apalagi trigonometri. Sama sekali bukan. Ini adalah satu kisah yang kualami dengan salah sorang anakku di kelas Xb.

Masih lekat diingatanku bagaimana susahnya menyemangati, mendorong, atau bahkan menyuruh anak-anak di kelas Xb untuk mengikuti lomba 17an yang lalu. Meski ‘diancam’ dengan denda apabila tidak mengikuti salah satu lomba, tidak menyurutkan aksi mereka untuk mogok berpartisipasi dalam salah satu perhelatan bangsa yang paling meriah ini. Apa daya, dengan segenap upaya akhirnya mereka ikut serta dalam satu-satunya lomba yang membutuhkan kemeriahan (yang merupakan salah satu kelebihan mereka), yaitu lomba vocal group. Lomba yang lain ? Seperti yang telah mereka katakana sebelumnya, mereka tetap bersikukuh untuk tidak mengikutinya. AKu hanya bisa tertawa kecil saat pembina OSIS menanyakan nasib kelasku ini.

Meski dengan segala keterbatasan dalam persiapan, akhirnya tampillah mereka dengan membawakan lagu “Merah Putih” sebagai lagu wajib plus lagu “17 Agustus” sebagai lagu pilihan. Sebagai catatan, alasan mereka memilih lagu pilihan tersebut adalah benar karena salah satunya adalah dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia, namun alasan utamanya adalah kerena di lagu tersebut ada nama orangtua salah seorang anggota kelasnya, yang pastinya disebutkan berkali-kali yaitu “ setia” (nb : mulai dari saat itu aku selalu menghindari menyanyikan lagu rohani pembuka wisdom yang menyebutkan kata ‘setia’ karena akan membuat wisdom akan diiringi oleh cekikikan mereka ).

Saat mereka menyanyikan lagu pilihan yang heroik itu, tampillah ‘sang komandan’ yaitu si Rivaldo ini, berlari dengan gagahnya dari barisan belakang, memimpin anggota pasukannya menyanyikan lagu “17 Agustus” dengan ‘segenap hati’. Sambutan yang begitu meriah atas penampilan mereka seakan melunturkan keletihanku selama beberapa hari ini.

Lantas apa hubungannya dengan Digital Magazine ? Mengapa Digital Magazine bisa bertolak belakang dengan lomba 17an dan berbanding lurus dengan RIvaldo. Tentu saja ada hubungannya. Apabila kuingat bagamana susahnya aku untuk menyemangati (bahkan membujuk) mereka untuk mengikuti lomba 17an sehingga kelas XB ini termasuk kelas yang paling rendah partisipasinya, bertolak belakang sekali dengan partisipasi mereka dalam lomba Digital Magazine yang sedang berlangsung bulan Sept-Okt ini. Saat kuumumkan di kelas bahwa ada lomba Digital Magazine (membuat blog untuk OSIS) ini, serta merta terdengan kasak-kusuk di bagian belakang kelas yang dimotori oleh Joshua dkk. Akhirnya didukung dengan cetusan salah saorang muridku yang bernama Joshua, yang mengatakan bahwa Rivaldo adalah jagoan dalam membuat blog, terpilihlah sang komandan kelas ini menjadi salah satu partisipan utama dalam proyek ini. Bersama dengan salah satu wakil dari kelas XA, majulah mereka dengan antusias menemui Ibu Sylvi, guru computer sekolah kami untuk mendaftarkan diri.

Dalam salah satu kesempatan, aku mendengar cerita Bu Sylvi tentang betapa kagetnya koordinator OSIS sekolah kami saat ia mendengar jawaban Bu Sylvi tentang siapa saja yang telah mendaftar dalam lomba Digital Magazine ini, yang ternyata adalah kelas XAdan XB dan diwakili oleh Albert G dan Rivaldo. Pastinya ia tidak menyangka bagaimana antusiasnya anak-anakku dalam lomba ini.

Dari peristiwa ini aku jadi makin mengenali anak-anakku. Apa yang menjadi kesukaan dan talenta mereka. Selain itu aku juga jadi lebih semangat lagi dalam mendidik mereka ternyata mereka benar-benar anak-anak yang unik, meski seringkali membuatku bingung dengan kemeriahan tingkah polah mereka yang membutku tertawa dan kadang sakit kepala , namun aku yakin bahwa mereka adalah anak-anak yang luar biasa.

Desakan untuk mencapai Keutuhan


"Jika Anda berusaha untuk menemukan hubungan yang intim dengan orang lain sebelum memahami identitas diri Anda sendiri, maka semua hubungan Anda akan menjadi suatu upaya untk melengkapi diri Anda"

Mari kita bersikap jujur. Banyak diantara kita yang pada suatu ketika dalam kehidupan kita merasa seakan-akan ada sesuatu yang hilang. Kita semua telah bergumul dengan kesepian. Kita semua pernah merasa terpisah, tidak diterima, tersisih dari kelompok di mana kta ingin menjadi bagian di dalamnya. Dan ketika kita mendapati diri kita berada di dalam ruang kosong ini, biasanya kita mencari di luar diri kita –sering kali dengan paksa- sesuatu atau seseorang untuk mengisinya.

Kita berbelanja, minum, makan, atau melakukan apa saja untuk mengalihkan diri kitadari rasa sakit karena merasa sendiri. Sering kali, kita berkata kepada diri kita sendiri (bahkan tanpa kita sadari), “Jika saya menemukan orang yang tepat, hidup saya akan lengkap.” Sayang sekali, masalahnya tidak sesederhana itu. Jiak memang sesederhana itu, kita akan mempunyai sahabat-sahabat yang tidak pernah meninggalkan kita dan pernikahan yang tidak pernah mengalami keretakan. Yang benar adalah bahwa penyebab kehampan diri kita bukanlah masalah kehilangan seseorang dalam diri kita, namun masalah ketidak-lengkapan jiwa kita.

Untuk membangun hbungan yang sehat, kita harus berada di dalam suatu keutuhan, suatu rasa menghargai diri sediri dan suatu konsep diri yang sehat (baca lagi pernyataan di atas). Sosiolog perintis George Herbert Mead dikenal karena perkataannya,”DIri kita ada hanya dalam hubungan dengan diri orang lain.” Dengan kata lain, mempunyai suatu hubungan, menjadi anggota suatu komunitas membantu kita untu menemukan siapa diri kita. Walaupun hubungan merupakan jalan untuk menemukan diri sendiri, namun hubungan tidak menjamin pengembangan diri yang utuh. Itulah hambatannya, jika kita sendiri belum mencapai suatu pemahaman yang mendalam tentang siapa kita, kita ditakdirkan untuk mempercayai salah satu dari dua kebohongan licik yangpasti merusak semua hubungan kita : (1) Saya memerlukan orang ini untuk menjadi utuh, dan (2) Jika orang ini memerlukan saya, saya kan menjadi utuh.

(1) Saya memerlukan orang ini untuk menjadi utuh
Terlalu banyak orang mengikatkan diri kepada orang lain untuk mendapatkan persetujuan, penguatan, tujuan, keamanan dan tentu saja, identitas. Dan ketika kekecewaan yang tak terelakkan terjadi, mereka mengeluh dengan sengit bahwaorang ini menjatuhkan mereka.
Yang benar adalah bahwa harga diri tidak berasal dari eksistensi atau kehadiran seseorang dalam kehidupan kita. Ketika kita menjalin sebuah hubungan yang tidak memiliki penghargaan pribadi, yang bisa kita berikan hanyalah kemiskinan. Dan bahkan jika kita memenangkan hati orang lain, kita tetap akan, dari waktu ke watu, merasa hampa. Itulah racun dari kebohongan ini.
Mengharapkan orang lain baik itu seorang sahabat, pasangan kencan atau pasangan kita- untuk memerlengkapi kita dengan kehidupan merupan suatu yagn tidak realistis dan benar-benar tidak adil. Memberi kita identitas atau membuat kita utuh bukanlah tugas orang lain. ORang-orang dalam kehidupan kita dimaksudkan untuk mmbagikannya, bukan menjadi identitas kita.

2) Jika orang ini memerlukan saya, saya kan menjadi utuh.
Bagi kita yang mempercayai kebohongan ini , menjadikan orang lain hanyalah sebuah proyek, suatu prestasi yang bisa ditulis dalam rangkuman hubungan kita. Kita tidak harus menghormati orang tersebut; sekedar dibutuhkan oleh orang tersebut sudah cukup membuat mereka merasa lebih baik tentang diri mereka, paling tidak untuk sementara. Dan kita juga tidak sekedar mencari seseorang untuk diperhatikan, yang sebenarnya kita pedulikan adalah impian membuat orang lain memperhatikan kita.

Rabu, 15 Oktober 2008

Bila pengampunan didefinisikan...

Pengampunan bukanlah menutupi rasa sakit
Pengampunan mengakui rasa sakit itu memang ada
Tetapi bersedia untuk disembuhkan
Pengampunan bukanlah membenarkan kesalahan
Pengampunan mengakui telah diperlakukan tidak adil
Tetapi bersedia untuk tidak menuntut balas

Pengampunan tidak berarti bersedia menjadi korban
Melainkan sebuah keputusan untuk menang dari luka-luka
Pengampunan tidak berarti menerima dengan pasrah
Melainkan sebuah pilihan untuk menjadi bijak
Pengampunan bukanlah sikap hati yang lemah
Melainkan bukti kekuatan respon yang dewasa

Pengampunan bersedia melepaskan hak
Untuk marah
Untuk meyimpan rasa sakit
Untuk membenarkan diri
Untuk menjatuhkan vonis
Untuk menuntut balas
Pengampunan mengambil tanggung jawab
untuk berdamai dengan diri sendiri

Pengampunan membangun reruntuhan kehidupan yang hancur
Merajut kembali hati yang patah
Menghadirkan kasih yang tak pernah gagal
Dan tidak mengizinkan kepahitan tinggal lebih lama

Pengampunan mecegah depresi berkunjung
Mempertahankan diri dari virus penyakit
Dan menghindarkan bahaya sengatan maut

Pengampunan tidak cukup dilakukan sekali-kali
Tetapi ditetapkan terus menerus

Pengampunan tersenyum pada masa lalu
Dan tertawa untuk hari depan
Juga mengembalikan keindahan hari ini
Pengampunan memproklamirkan kemerdekaan sejati
Di sepanjang rentang waktu kekekalan

Pengampunan tidak mustahil dilakukan
Bila dimulai dari Golgota....

http://sylvisharelife.blogspot.com/2008/09/bila-pengampunan-didefinisikan.html

Selasa, 16 September 2008

Rasa Es Krim=Kepribadianmu


Rasa es krim yang kamu pilih ternyata berkaitan erat dengan kepribadianmu. Ini bukan sekadar rekaan belaka, tapi berdasarkan pengamatan pemilik kedai es krim di California, Amerika Serikat, selama bertahun-tahun.
Joseph Edy, si pemilik kedai, ternyata bukan hanya melayani pembelian saja, tapi juga mengamati karakter dan kebiasaan para pelanggannya. Bahkan, ia mengajak mereka mengobrol. Dari pengamatan ini ia membuat catatan untuk mencocokkan rasa es krim dan karakter si pemesan. Boleh percaya boleh tidak, tapi catatan Edy di bawah ini patut di simak.

1. Rasa vanila, biasanya yang suka rasa ini menyukai warna hidup dan tantangan. Sayangnya, kurang bisa mengontrol diri dan selalu mengikuti kata hati. Memiliki kekuatan dan harapan tinggi untuk mewujudkan setiap impian.

2. Cokelat, penyuka rasa ini termasuk orang yang kreatif, sangat mencintai hidup, menarik, dan penuh antusias. Suka menjadi pusat perhatian dan membenci rutinitas yang monoton.

3. Banana split, selalu berpikir positif kepada setiap orang, easy going, jujur, simpatik, dan sangat peduli pada lingkungan.

4. Stroberi, tergolong pemalu, tertutup, tidak memiliki emosi kuat, tapi teliti dalam setiap tindakan.

5. Es krim dengan taburan choco chip, termasuk ambisius, menyukai persaingan, menarik, dan memiliki kehidupan sosial yang bagus.

6. Es krim dengan taburan kacang, penyuka jenis es krim ini adalah orang yang perfeksionis, selalu berhati-hati dalam tindakan, sangat peduli pada detail, dan penuh etika. Menyukai persaingan positif dan sangat suka berolahraga.

Nah, kamu penyuka es krim yang mana?

Sumber : http://forum.kompas.com/perempuan/6344-rasa-es-krim-kepribadian-anda.html

Rabu, 10 September 2008

AKu mengasihimu, tapi mengapa kau tidak mengerti ?


Tulisan ini diispirasi dari kisah 2 muridku yang yang merupakan sepasang kakak beradik yang (sebetulnya) saling menyayangi, namun tanpa sadar mereka saling menyakiti karena ungkapan kasih mereka tidak dapat dimengerti oleh saudaranya. Sang kakak mengekspresikan kasih kepada adiknya dengan memberi nasihat, menegur apabila adiknya melakukan kesalahan, menempatkannya dalam lingkungan yang diharkan akan membuat adiknya menjadi lebih baik dll. Namun dengan bahasa kasih kakaknya, sang adik malah merasa tertekan. Ia merasa bahwa sanga kakak tidak mengasihinya dan hanya selalu menuntutnya. Jadi apa yan gmembuat sang adik merasa dikasihi ? Ternyata satu hal yang ‘sederhana’, yaitu dengan pelukan. Akhirnya seteleh rekonsiliasi dan komunikasi, konflik diantara mereka dapat terselesaikan. Mereka saling memahami saudaranya. Dan hubungan merekapun makin baik.

Seberapa sering kita mengalami bahwa kita merasa tidak dikasihi baik oleh orangtua, sahabat, pasangan atau saudara kita. Barangkali bukan karena mereka tidak mengaishi kita, namun karena adanya perbedaan bahasa kasih yang kita ungkapkan.

Menurut Gary Chapman, pengarang buku “Bahasa Kasih”, ada 5 bahasa (ungkapan)kasih yang biasanya kita berikan yaitu : Kata-kata , waktu berkualitas, pelayanan, hadiah, dan sentuhan. Tiap orang memiliki ke-5 bahasa kasih tersebut. Namun setidaknya ada 2 bahasa kasih dominan yang kita miliki. Tanpa dikasihi oleh bahasa kasih yang tersebut, kita tidak dapat benar-benar dapat merasakan kasih (cinta) yang dikspresikan oleh orang lain. Kita akan cenderung mudah merasa dikasihi oleh orang yang mengekspresikan kasihnya dengan bahasa kasih yang kita miliki.Inilah yang menyebabkan kadangkala kita merasa memiliki ‘klik’ dengan orang-orang tertentu.

Ekspresikan kasih kita kepada orang-orang yang special dengan bahasa kasih yang merka ‘mengerti’ hari ini ! Sekalipun itu mungkin terasa aneh bagi kita untuk melakukannya, namun saat kasih tidak egois, kasih itu akan membawa kehangatan bagi orang yang menerimanya.

Selamat berbagi kasih ^.^ !

Kisah Pohon Apel


Ada sebuah pohon apel yang berdiri dengan gagahnya tepat di tengah suatu perkebunan apel. Dari sekian banyak pohon apel di kebun tersebut, pohon itulah yang menghasilkan buah apel yang paling lebat dan manis. Sang Petani begitu menyayangi pohon tersebut. Setiap hari Ia selalu menyempatkan diri untukmengunjungi pohon apel tersebut sambil memandangi rimbunnya buah apel yang bergelantungan.
Hampir setiap tahun ia menghasilkan banyak sekali pohon apel yang manis rasanya. Namun pada tahun ini buah yang dihasilkan tidak sebanyak tahun sebelumnya, rasa buahnyapun lebih asam bahkan banyak dari buah apel tersebut yang berjatuhan sebelum siap untuk dipanen.

Pada suatu pagi, seperti biasanya Sang Petani mengunjungi si pohon apel. Namun kali ini ia memandangi pohon apel itu dengan perasaan sedih. Biasanya Sang Petani betah duduk berlama-lama memandangi dan memuji pohon apel tersebut. Namun kali ini Sang Petani hanya beberapa detik saja mengunjunginya. Dalam hati pohon apel begitu sedih, ia berkata dalam hatinya,”Mengapa Sang Petani yang biasanya begitu memperhatikanku sekarang meninggalkanku. Apakah Ia sudah tidak lagi mengasihi diriku karena aku kini tidak membuatnya bangga lagi karena sekarang buahku tidak sebanyak dan semanis biasanya ?”

Tidak lama kemudian Sang Petani datang kembali dengan sebilah kapak, seutas tali dan sebatang tiang besi. Pohon apel begitu terkejut, dalam bayangannya Sang Petani pasti tidak lagi menghendakinya dan dan berniat untuk menebang tubuhnya.
Namun apa yang terjadi sungguh berbeda dengan bayangannya, dengan tersenyum penuh kasih ia menghampiri pohon apel sambil memengang sebilah kapak kapak yang berkilauan diterpa sinar matahari pagi.

“Apa yang hendak kaulakukan padaku wahai Petani yang baik?” tanya si pohon apel masih dengan ketakutan.

“Tenang dan diamlah, Aku hendak membuatmu berbuah lebih lebat lagi. Percayalah kepadaKu, karena Aku sangat mengasihimu,” jawab Sang Petani dengan lembut. Kemudian Ia mengayunkan kapak itu kepada ujung dahan-dahan pohon apel yang menjulang ke atas.

“Aduh…apa yang Kaulakukan, Engkau menyakitiku,” jerit pohon apel.

“Apakah engkau tidak percaya kepadaKu, Akulah yang sudah menjaga dan memeliharamu sejak engkau masih berupa biji, masakan Aku sekarang hendak membinasakanmu.”

“Baiklah Petani, aku percaya kepadaMu,” jawab pohon apel dengan penuh penyerahan diri, kali ini ia memilih untuk diam dan percaya sepenuhnya kepada Sang Petani

Dengan sigap Sang Petani mengikat dahan yang telah dipotong ujungnya tersebut dengan seutas tali, kemudian merundukkan dahan yang semula menjulang ke atas itu serendah mungkin dan diikatkannya pada sebatang besi yang sudah ditegakkan di atas tanah.
Akhirnya pohon apel tidak dapat menahan dirinya seraya berkata, “Petani, mengapa Engkau membuat dahanku menjadi begitu rendah, padahal selama ini aku begitu bangga karena dahanku yang menjulang tinggi banyak dikagumi oleh pengunjung karena membuatku nampak indah,”

Dengan senyum penuh kasih Sang Petani menjawab, “Justru dahan itulah yang membuatmu tidak dapat berbuah lebat dan manis. Dahan yang menjulang tinggi yang selama ini kaubanggakan itu mengandung sedikit sekali unsur hara yang dibutuhkanutuk menghasikan buah. Unsur hara ini akan turun ke bawah sehingga hanya sedikit sekali yang tertinggal di dahan. Sebaliknya saat aku merundukkan dahanmu, dahan ini akan menjadi lebih datar dan mampu menyimpan unsur hara yang melimpah di dalamnya, sehingga nantinya dari dahan ini akan menghasilkan buah yang lebih lebat dan manis.”


Kadangkala dalam kehidupan, tanpa sadar kita hidup dalam keangkuhan dan kebanggan diri sendiri. Akibatnya hidup kita tidak dapat menghasilkan buah yang maksimal. Namun dengan penuh kasih Bapa memangkas bagian kehidupan kita yang tidak berkenan dihadapanNya, mengikatkan hati kita kepada hatiNya, dan merendahkan hati kita sama seperti Ia sudah merendahkan diriNya dan mati di kayu salib. Sama seperti kita mengalami kematian bersamaNya, kitapun akan mengalami kebangkitan bersamaNya.
Saat ia memangkas beberapa bagian hidupmu dan merendahkan hatimu, janganlah mengeraskan hatimu. Karena Ia Bapa yang penuh kasih, Ia tahu yang terbaik bagi hidupmu. Dan Ia mau yang terbaik terjadi di dalam hidupmu, karena engkau adalah anak kesayanganNya.

Inspired by sharing with Win (9/9'08)

Selasa, 09 September 2008

Lilin Harapan


Ada 4 lilin yang menyala,
Sedikit demi sedikit habis meleleh.

Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:”Aku adalah Cinta. Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.”
“Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.”
Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:

"Jangan takut,
Janganlah menangis,
selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya"

” Akulah H A R A P A N “

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah H A R A P A N.
yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-Nya!

L0neliness


Pernahkah engkau merasa kesepian sekalipun engkau dikelilingi oleh banyak orang di sekelilingmu ? Atau adakah bagian dalam hatimu yang merasa kosong ? Mengapa banyak orang yang nampaknya ceria namun dibaliknya namun jauh di dalam hantinya memendam kekecewaan?

Beberapa waktu ini aku sedang melayani beberapa orang, dan sebagian besar dari mereka kudapati memiliki perasaan kesepian bahkan kosong dalam hatinya. Akibatnya sebagian dari mereka meskipun nampaknya ceria, namun adakalanya itu hanyalah suatu topeng yang menutupi apa yang ada di dalam hatinya. Apa yang kutulis ini adalah hasil dari perenungan pribadiku selama aku melayani mereka termasuk dari apa yang kualami sendiri.

Jadi sebenarnya apa apa penyebab dari kesepian ? Kesepian dapat disebabkan karena hilangnya figur dalam kehidupan kita. Figur tersebut bisa orangtua, saudara , sahabat atau otoritas lainnya. Intinya adalah bahwa figur yang kita miliki tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Secara kasat mata kita dapat melihat kehadirannya, namun kita tidak memiliki hubungan yang seharusnya dengan mereka.

Kesepian merupakan hal yang kadangkala sulit untuk kita sadari. Lebih mudah bagi kita untuk menemukan bahwa kita terluka dengan perakuan orang lain karena kita dapat dengan mudah merasakannya bahkan kita lihat dengan mata jasmani kita. Contohnya kita dapat dengan mudah mengakui bahwa kita terluka akibat perlakuan orang tua kita yang keras, atau teman yang menyakiti kita terang-terangan. Sebaliknya kita cukup sulit mengakui bahwa kita kecewa akibat orangtua yang mengabaikan kita, kakak yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dll.

Adakalanya kita terluka bukan oleh karena apa yang orang lain lakukan kepada kita, melainkan apa yang orang lain tidak lakukan kepada kita sesuai dengan fungsinya (atau apa yang kita harapkan). Dan lebih sulit untuk mengakui bahwa kita kecewa dengan apa yang orang lain tidak lakukan, karena seringkali kita tidak menyadari apa yang seharusnya mereka lakukan, sebelum kita memperoleh suatu kebenaran. Seringkali kita hanya merasa bahwa ada yang hilang dalam hati kita, tanpa menyadari dengan jelas apa yang menyebabkannya.

Akibatnya, orang yang memiliki kesepian dalam hatinya secara tidak disadari berusaha mencari figure pengganti dari orang lain. Dan inilah yang menjadi sumber kekecewaan berikutnya. Kadangkala kita mendapati bahwa kita menaruh pengharapan yang terlalu tinggi terhadap orang tersebut, dan umumnya memang mereka tidak dapt memenuhi pengharapan kita karena memang bukan itu solusinya.

Bagaimana kita dapat mengatasi kesepian atau kekosongan dalam hati tersebut ? Pertama temukan dalam diri kita masing-masing adakah kita kehilangan peran dari seseorang ? bisa orang tua, saudara, sahabat, atau otoritas lain. Berdoa dan minta Tuhan menunjukkan kepada kita, karena sesungguhnya Ia yang mengenali hati kita, bahkan lebih dari kita mengenali diri kita sendiri (Mzm 139 : 1-5). Selanjutnya akui dan lepaskan pengampunan bagi orang yangmengecewakan kita. Jangan menjauhkan diri dari kasih karunia Tuhan, karena apabila kita melakukannya, itulah sumber dari kepahitan dalam hati kita. Dan akhirnya alami kasih yang sejati daripadaNya, karena sesungguhnya Ialah sumber kasih yang dapat memenuhi hati kita yang kosong. Saat kita mengharapkan orang lain kita akan mengalami kekecewaan karena tidak ada seorangpun yang dapat memuaskan hati kita, hanya Dialah kasih yang sejati karena Allah adalah kasih itu sendiri (1 Yoh 4 : 7-21).

Jumat, 05 September 2008

Michelle si anak ceria...


Senyum dan keceriaannya beberapa hari ini begitu sering muncul di hadapanku. Michelle ini sangat antusias dalam menawarkan bantuannya kepada guru-guru yang ditemui. Namun siang ini aku punya kesempatan untuk mendengar isi hatinya yang terdalam. Ternyata di balik keceriaannya, ia seringkali menyimpan kesedihan, apalagi apabila ia sendirian atau sedang mendalami masalah dengan orangtuanya.

Ternyata ada kekecewaan dalam hatinya yang selama ini ia pendam dan sulit baginya untuk mengampuni orang yang melukai hatinya tersebut. Selama ini ia berusaha melupakannya, namun dengan gaya bahasa seorang bertemperamen intim, ia mengakui bahwa seringkali ada semacam duri atau pisau yang menusuk hatinya.

Setiap kali ia mau mengampuni orang tersebut ia berpikir bahwa tidak ada gunanya, toh orang tersebut juga tidak akan berubah. Namun ditengah kegalauan hatinya ia berusaha untuk tetap ceria (ceria dengan maksimal, begitulah ia mengungkapkannya :P). Namun pastinya tetap saja aja hati yang kosong dan luka saat ia tidak mau sepenuhnya mengampuni.

Memang pengampunan bukanlah hal yang mudah. Namun justru karena itulah pengampunan adalah suatu keputusan yang membutuhkan kasih karuniaNya. Dengan mengingat kebaikan dan karya penebusanNya sajalah yang memampukan kita untuk melepaskan pengampunan bagi orang-orang yang pernah melukai kita.

Semoga hari-hari ini hatimu semakin damai Michelle dan kamu bisa menang atas setiap kekecewaan yang kamu alami. Sehingga keceriaanmu adalah keceriaan yang terpancar dari hatimu.

Luv u my daughter...

"Ayo masuk ko Joe...!"


"Ayo masuk ko Joe...!" Itulah celetukan anak-anakku terutama anak anak kelas 7 tiap hari Rabu dan Jumat. Yah sekolah kami memang kedatangan satu alumni tiap hari rabu dan jumat mulai tahu ajaran ini. Di antara waktu kuliahnya, Joshua (atau kami suka memanggilnya dengan sebutan Joe, atau ko atau kak Joe) menyempatkan diri untuk mengunjungi almamater tercinta 2 kali seminggu.

Bukan hanya sekedar mengunjungi kami guru-gurunya, namun ia suka sekali bertemu dengan adik-adiknya di kelas 7. Rasanya sebagian besar anak-anak kelas 7 sudah menganggap ia sebagai bagian dari sekolah ini. Ia begitu mencintai mereka sehingga kedatanganya selalu dinantikan. Akhirnya muncullah celetukan di atas, yang merupakan undangan anak-anakku agar si kakak Joe ini masuk ke kelas mereka, untuk berbincang-bincang atau bahkan hanya untuk mendengar celotehan-celotehan mereka.

Bukan cuma anak-anakku yang diberkati, namun juga guru-guru yang ada di sekolah ini, terutama aku tentunya :). Baru 2 tahun yang lalu ia masih siswa di sekolah ini, kadang ia masih suka berlarian di koridor sekolah dan bercanda dengan teman-temannya, namun ia sekarang udah jadi kakak buat anak-anakku. Rasanya baru saja ia menjadi muridku yang kadangkala muncul dengan tiba2 di hadapanku untuk mengagetkan aku selama aku menjadi gurunya, namun sekarang ia sudah menjadi partner dalam membimbing anak-anakku.

Tx Joe, I'm so blessed with ur life.

Kamis, 04 September 2008

Sang Ketua kelas


Kalo ini salah satu ketua kelas di kelas X yaitu di kelas Xa. Namanya Rustam. Pertama kali saat pemilihan ketua kelas, hampir seluruh anggota kelas memilihnya untuk menjadi ketua kelas. Namun kelihatan sekali bahwa mereka memilihnya sebagai ketua kelas karena nampaknya ada yang "unik" dengan dirinya.

Namun ternyata kini Rustam menjadi siswa terbaik di SMA. Sikapnya begitu sopan dan ramah. Ia begitu betanggung jawab dengan setiap tugasnya sehngga satu kelasnya kini sangat menghormati sabagai ketua kelas. Tidak nampak lagi keluguan di awal tahun ajaran yang diperlihatkannya. Rustam juga salah satu anak yang sangat cinta Tuhan. Sejak ia mengenal Tuhan, ia mempunyai hati yang haus akan Tuhan, bahkan ia punya kerendahan hati untuk dibina.

Senang sekali melihat anakku mengalami perubahan hidup. Dari yang kudengar sebelumnya, selama SMP ia termasuk anak yang bermasalah. Namun kini "sisa-sisa peninggalan" anak bermasalah itu benar-benar sirna. Rustam sudah menjadi seorang pribadi yang berbeda sejak ia mengenal Tuhan. Memang bagi Tuhan ngga ada yang mustahil. Bravo Rustam... :D

Ini dia anak-anak angkatku


Ini dia wajah anak-anakku. Selama 3 bulan ini aku menggantikan salah satu rekanku menjadi wali kelas untuk kelas Xa dan Xb total 37 anak. Hmm, ini termasuk rekor untuk tunas bangsa nih. Dengan berbagai macam keunikan mereka, jadilah aku ibu angkat mereka. Begitulah aku menyebut diriku sendiri selama ibu mereka cuti karena malahirkan.

Kadangkala mereka sering bertanya kok ibu mereka tidak ada, juga mengeluh kok dalam 2 kelas mereka punya ibu yang sama, dll. Namun lama kelamaan aku semakin sayang dengan mereka. Dengan keunikan masing-masing, dengan tantangan menghadapi keriuhan mereka setiap hari, termasuk dengan canda tawa dan kadang keluhan-keluhan, mereka memberi warna dalam hidupku hari-hari ini.

Yah, yang pastinya aku berharap mereka makin bertumbuh bukan hanya dalam hikmat, karakter namun juga pengenalan mereka akan Tuhan. Dan semoga aku juga bisa jadi ibu yang bak bagi mereka, meskipun cuma ibu angkat selama 3 bulan :P

"Ada yang bisa saya bantu ?"


Kalimat di atas adalah satu kalimat yang selalu diucapkan oleh salah satu muridku yang bernama Michelle Angela. Perkataan tersebut ia tanyakan hampir kepada semua guru. Setiap hari ia mampie ke ruanganku, dan dengan ekspresi yang penuh keceriaan ia akan tersenyum sampai matanya yang sipit itu tinggal segaris, mengangkat tangan kanannya dan berkata "Ada yang bisa saya bantu Bu ?" Dan setelah ia selesai membantu seseorang, sambil bergumam ia bertanya kepada dirinya sendiri, "Siapa lagi ya yang akan saya bantu?"

Angela, begitu kami memanggilnya, menjadi sangat bermurah hari-hari ini. Pertama kali aku melihatnya di kelas 7a, aku terkesan oleh cara berbicaranya yang sangat cepat plus gerakan tubuhnya yang unik. Ia suka menggerakkan tangan kanannya sewaktu berbicara. Apa yang menyebabkan ia berubah demikian ?

Ternyata ia mengakui sendiri bahwa ia mengalami perubahan sejak ia mengikuti retreat di sekolah dua minggu yang lalu. Angela bercerita bahwa sejak Tuhan menjamah hatiNya, ia ingin sekali menolong orang lain. Akhirnya ia menuruti dorongan hatinya denga menawarkan bantuan kepada setiap guru yang ditemuinya dengan penuh sukacita. Selain itu, iapun mengakui bahwa sekarang ia merasa tidak nyam saat melakukan dosa, berbeda dengan sewaktu ia belum mengenal Tuhan. Hmm, senang sekali rasanya mendengar si Angela ini mengalami kasih Tuhan. Tx God

Kamis, 14 Agustus 2008

MERDEKA !!


Menjelang HUT kemerdekaan RI yang ke 62 sekolahku mengadakan berbagai lomba khas HUT RI tanggal 15 Agustus besok. Wah bakalan seru nih besok. Mulai dari 2 hari sebelumnya guru-guru dengan rela hati memberikan waktunya bagi anak-anak untuk mempersiapkan berbagai lomba. Mulai dari menghias kelas sampai vocal groUP. Serta merta dari berbagai penjuru sekolah terdengar lagu Merah Putih khas grup Coklat dari ujung ke ujung. Nyaris tidak ada tempat tersisa untuk berlatih lagi karena begitu atusiasnya anak-anak.

Senang juga melihat mereka begitu antusias merayakan kemerdekaan RI ini. Di zaman sekarang rasanya kebanggaan sebagai anak Indonesia mulai luntur. Namun melihat anak-anakku begitu bersemangat menghias kelasnya dan menyanyikan lagu nasional, rasanya memberikan setitik harapan bagi masa depan bangsa ini.

Semoga saja ini bukan hanya karena mereka mengharapkan point reward dan voucher makan yang dijanjikan sebagai hadiahnya :D.

Apapun itu....Selamat Ulang Tahun Indonesiaku. MERDEKA !!

Jumat, 13 Juni 2008

Little Things


Setelah peristiwa 11 September, sebuah perusahaan mengundang karyawan dari perusahaan lain yang selamat, sedangkan sebagian besar meninggal saatterjadinya serangan atas WTC - untuk menceritakan pengalamannya. Padapertemuan pagi itu, pimpinan kemanan menceritakan kisah bagaimana merekabisa selamat ... dan semua kisah itu adalah hanyalah mengenai : HAL-HALYANG KECIL.


* * * * *Kepala kemanan perusahaan selamat pada hari itu karena mengantar anaknyahari pertama masuk TK.Karyawan yang lain masih hidup karena hari itu adalah gilirannya membawakue untuk murid di kelas anaknya.

Seorang wanita terlambat datang karena alarm jamnya tidak berbunyi tepatwaktu.

Seorang karyawan terlambat karena terjebak di NJ Turnpike saat terjadikecelakaan lalu lintas.

Seorang karyawan ketinggalan bus.

Seorang karyawan menumpahkan makanan di bajunya sehingga perlu waktuuntukberganti pakaian.

Seorang karyawan mobilnya tidak bisa dihidupkan.

Seorang karyawan masuk ke dalam rumah kembali untuk menerima telpon yangberdering.

Seorang karyawan mempunyai anak yang bermalas-malasan sehingga tidakbisasiap tepat waktu untuk berangkat bersama-sama.

Seorang karyawan tidak memperoleh taxi.

Seorang wanita memakai sepatu baru pagi itu, dan berangkat kerja denganbersemangat. Tetapi sebelum sampai di kantor (WTC), sepatu itu menyebabkan luka ditumit. Ia berhenti di sebuah toko obat untuk membeli plester. Inilah yang membuatnya bisa tetap hidup sampai hari ini.

Sekarang, jika saya terjebak dalam kemacetan lalu lintas, ketinggalan lift, harus masuk ke rumah lagi untuk menjawab telpon ... dan semua HAL KECIL yang mengganggu - sekarang ini saya sangat memahami, bahwa Tuhan benar-benar menginginkan saya berada di sini untuk saat ini ...

Suatu pagi jika saudara merasa semuanya terlihat sangat kacau, anak-anak lambat berpakaian, saudara tidak bisa menemukan kunci mobil, selalu sampai di perempatan saat lampu merah menyala; jangan terburu-buru marah atau frustrasi, karena TUHAN sedang bekerja untuk menjaga kehidupan anda!

Kiranya Tuhan selalu memberkati saudara dengan semua hal-hal kecil yang tampaknya mengganggu - dan semoga saudara mengingat akan maksud dari semua peristiwa kecil itu terjadi.

Amin

Selasa, 13 Mei 2008

Perusahaan Yang Peduli Anak Bangsa


Seminggu yang lalu, saya dan beberapa guru dari sekolah kami (SMAK Tunas Bangsa, Sunter) menemani siswa-siswi kami dari kelas XI dalam Praktek Kerja Lapangan (PKP) di PT. Dialogue Garmindo Utama, Ciawi, Jawa Barat. Saya ingin berbagi pengalaman dengan teman-teman, karena kami sangat terinspirasi dengan kepedulian perusahaan tersebut dengan nasib anak bangsa ini.

Perusahaan yang memproduksi perlengkapan bayi, handuk, taplak, keset dan lain-lain tersebut berbaik hati kepada siswa kami untuk melakukan praktek kerja selama empat hari. Perlu dicermati bahwa sekolah kami bukanlah sekolah kejuruan melainkan sekolah menengah umum yang mengutamakan pendidikan karakter dan kewirausahaan. Dengan demikian siswa kami tidak pernah diperlengkapi dengan pengetahuan teknis yang berkaitan dengan proses produksi.

Selama empat hari siswa kami memperoleh pengalaman langsung dalam dunia kerja. Bukan hanya mengamati dari jauh, melainkan dari pukul 8 hingga 4 sore mereka ikut terjun langsung bersama dengan pekerja di perusahaan tersebut, mulai dari pekerjaan administrasi, bordor, pengepakan, mesin, dll.

Bisa dibayangkan, berapa “kerugian” yang ditanggung oleh perusahaan dengan kedatangan kami. Mulai dari waktu yang harus diberikan kepada para pekerja untuk mengajari siswa kami, hingga “kerusakan” hasil produksi karena tangan siswa kami yang belum terlatih.

Apa yang membuat perusahaan tersebut bersikap terbuka untuk kami “ganggu” selama empat hari? Belum lagi ditambah dengan kerelaan mereka dalam memberikan kesempatan kepada anak muda korban tsunami aceh dan para waria untuk bekerja beberapa waktu yang lalu ?

Itu ternyata karena Bp. Yakoeb Kusmanto selaku pemilik perusahaan, mempunyai visi yang besar untuk generasi muda bangsa ini. Beliau memiliki visi untuk memperlengkapi generasi muda dalam dunia wirausaha, memaksimalkan potensi dan juga membangun karakter mereka. Pada tahun 2010 beliau bermimpi bahwa akan ada sekurangnya 6000 orang generasi muda memiliki kesempatan untuk mengecap pengalaman dan pembelajaran di dunia kerja melalui praktek kerja di perusahaannya.

Sungguh suatu kepedulian yang sangat mulia terhadap nasib generasi muda bangsa ini. Adakah pengusaha atau perusahaan lain yang mengikutinya ?

Senin, 12 Mei 2008

Impian Wanita Berumur 87 Tahun


Hari pertama kuliah di kampus, profesor memperkenalkan diri dan menantang kami untuk berkenalan dengan seseorang yang belum kami kenal. Saya berdiri dan melihat sekeliling ketika sebuah tangan lembut menyentuh bahu saya. Saya menengok dan mendapati seorang wanita tua, kecil, dan berkeriput, memandang dengan wajah yang berseri-seri dengan senyum yang cerah. Ia menyapa, "Halo anak cakep. Namaku Rose. Aku berusia delapan puluh tujuh. Maukah kamu memelukku? " Saya tertawa dan dengan antusias menyambutnya, "Tentu saja boleh!". Dia pun memberi saya ! pelukan yang sangat erat. "Mengapa kamu ada di kampus pada usia yang masih begitu muda dan tak berdosa seperti ini?" tanya saya berolok-olok. Dengan bercanda dia menjawab, "Saya di sini untuk menemukan suami yang kaya, menikah, mempunyai beberapa anak, kemudian pensiun dan bepergian.""Ah yang serius?" pinta saya. Saya sangat ingin tahu apa yang telah memotivasinya untuk mengambil tantangan ini di usianya. "Saya selalu bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan kini saya sedang mengambilnya!" katanya. Setelah jam kuliah usai, kami berjalan menuju kantor senat mahasiswa dan berbagi segelas chocolate milkshake.

Kami segera akrab. Dalam tiga bulan kemudian, setiap hari kami pulang bersama-sama dan bercakap-cakap tiada henti. Saya selalu terpesona mendengarkannya berbagi pengalaman dan kebijaksanaannya. Setelah setahun berlalu, Rose menjadi bintang kampus dan dengan mudah dia berkawan dengan siapapun. Dia suka berdandan dan segera mendapatkan perhatian dari para mahasiswa lain. Dia pandai sekali menghidupkannya suasana.

Pada akhir semester kami mengundang Rose untuk berbicara di acara makan malam klub sepak bola kami. Saya tidak akan pernah lupa apa yang diajarkannya pada kami. Dia diperkenalkan dan naik ke podium. Begitu dia mulai menyampaikan pidato yang telah dipersiapkannya, tiga dari lima kartu pidatonya terjatuh ke lantai. Dengan gugup dan sedikit malu dia bercanda pada mikrofon. Dengan ringan berkata, "Maafkan saya sangat gugup. Saya sudah tidak minum bir. Tetapi wiski ini membunuh saya. Saya tidak bisa menyusun pidato saya kembali, maka ijinkan saya menyampaikan apa yang saya tahu."

"Kita tidak pernah berhenti bermain karena kita tua. Kita menjadi tua karena berhenti bermain. Hanya ada rahasia untuk tetap awet muda, tetap menemukan humor setiap hari. Kamu harus mempunyai mimpi. Bila kamu kehilangan mimpi-mimpimu, kamu mati. Ada banyak sekali orang yang berjalan di sekitar kita yang mati namun mereka tak menyadarinya."

"Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa. Bila kamu berumur sembilan belas tahun dan berbaring di tempat tidur selama satu tahun penuh, tidak melakukan apa-apa, kamu tetap akan berubah menjadi dua puluh tahun. Bila saya berusia delapan puluh tujuh tahun dan tinggal di tempat tidur selama satu tahun, tidak melakukan apapun, saya tetap akan menjadi delapan puluh delapan tahun. Setiap orang pasti menjadi tua. Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat. Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan."

"Jangan pernah menyesal. Orang-orang tua seperti kami biasanya bukan menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapilebih menyesali apa yang tidak kami perbuat. Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang hidup dengan penyesalan."Rose mengakhiri pidatonya dengan bernyanyi "The Rose". Dia menantang setiap orang untuk mempelajari liriknya dan menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Akhirnya Rose meraih gelar sarjana yang telah diupayakannya sejak beberapa tahun lalu. Seminggu setelah wisuda, Rose meninggal dunia dengan damai. Lebih dari dua ribu mahasiswa menghadiri upacara pemakamannya sebagai penghormatan pada wanita luar biasa yang mengajari kami dengan memberikan teladan bahwa tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kau lakukan. Ingatlah, menjadi tua adalah kemestian, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.

* * * * *Sediakan waktu untuk berpikir, agar selalu mendapat yang terbaik.
Sediakan waktu untuk bermain, itulah rahasia awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan hikmat & kebijaksanaan.
Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju keharmonisan.
Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa anda ke bintang.
Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan.
Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda, hari anda terlalu singkat untuk mementingkan diri sendiri.
Sediakan waktu untuk bekerja, itulah sumber kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik jiwa.
Sediakan waktu untuk Tuhan, sehingga setelah meninggal menemukan tempat terbaik.

__._,_.___

Rabu, 02 April 2008

Emosi oh emosi.....


Pernahkah kita mengalami suatu kondisi dimana rasanya begitu terbenam dalam emosi tersebut sehingga membuat kita seakan sulit untuk bernafas ? Mungkin kalau itu emosi yang menyenangkan, rasanya kita ingin berlama-lama tenggelam di dalamnya. Tenggelam dalam lautan kegembiraan, danau sukacita, dan bahkan samudra damai sejahtera. Namun kalo itu emosi yang tidak menyenangkan bahkan menyakitkan jiwa, tentu saja kita ingin sekali melompat dari kubangan kemarahan, kesedihan, keputusasaan dan menghirup udara segar kebebasan. Betulkah emosi adalah sekedar perasaan ? Dan apakah benar kondisi disekitar kita adalah penyebab munculnya emosi dalam diri kita ?

Ada satu ilustrasi yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Sebagian besar dari kita pasti pernah merasakan betapa sakitnya sakit gigi. Saya sendiri belum pernah merasakannya, namun kata orang rasa sakitnya sampai ke ubun-ubun. Suatu kali ada seorang yang sedang sakit gigi dan ia nekat memakan setangkup ek krim cone. Sambil memegangi pipinya, ia menyalahkan penjual es krim yang sudah membuat giginya yang berlubang itu terasa sakit.

Konyol memang kalau kita membaca cerita di atas. Orang yang sakit tersebut menyalahkan penjual es krim, yang notabene tidak tahu menahu tentang sakit giginya. Dengan mudahnya kita pasti akan berpikir bahwa seharusnya orang tersebut menyadari bahwa penyebab yang sebenarnya adalah giginya yang sedang berlubang

Namun tidakkah kita sebenarnya seringkali bertindak seperti yang orang tersebut lakukan ? Kita marah-marah berkepanjangan karena pasangan kita lupa akan janjinya, frustasi karena gagal mendapatkan tender, depresi karena ditinggal oleh kekasih kita, putus asa karena gagal masuk perguruan tinggi yang kita idam-idamkan dll. Hal tersebut sama saja dengan saat kita menyalahkan penjual es krim pada saat gigi kita terasa sakit.

Pernahkah kita menyadari bahwa pada saat yang sama ada banyak orang yang mengalami hal yang sama namun memiliki respon yang berbeda ? Mereka sama-sama dikecewakan oleh pasangan, gagal dalam persaingan mendapatkan tender, ditinggal kekasih dan gagal tembus perguruan tinggi impian, namun tidak semua dari mereka memiliki respon marah-marah, frustasi, depresi, putus asa, dll.

Kembali kepada pertanyaan di atas. Apakah emosi adalah sekedar perasaan akibat dari kondisi di sekitar kita. Ternyata tidak. Emosi lebih tepatnya adalah respon kita terhadap sesuatu yang kita percayai. Penyebab utama dar emosi negatif adalah kepercayaan atau pikiran kita yang salah, kondisi di sekitar kita yang tidak menyenangkan hanyalah merupakan pemicu. Sama dengan ilustrasi di atas, es krim hanyalah pemicu sakit gigi, penyebab sebenarnya adalah gigi kita yang berlubang.

Bagaimana selama ini kita mengisi pikiran kita ? Apakah kita mengisi pikiran kita dengan pikiran pikiran negatif atau positif ? Saat kita gagal, apakah kita mengisi pikiran kita kita dengan pikiran bahwa masa depan kita akan hancur ataukah kita berpikir bahwa kegagalan adalah awal dari keberhasilan kita. Saat orang yang kita kasihi meninggalkan kita, apakah yang terlintas dalam pikiran kita adalah bahwa hidup kita pasti akan menderita ataukah kita mengisi pikiran kita dengan pengharapan ?

"Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dengan dirinya sendiri demikianlah ia". Apa yang kita pikirkan berbanding lurus dengan respon kita bahkan seperti apa jadinya kita di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pikirkanlah semua yang benar, semua yang baik dan mendatangkan damai sejahtera. Bersyukurlah karena diantara tangkai berduri, ada sekuntum mawar merah yang merekah indah.

Senin, 24 Maret 2008

Siapkah dirimu berkorban untuk orang yang kaukasihi?


Dalam perayaan paskah minggu ini, kita diingatkan akan arti dari suatu pengorbanan. Pengorbanan Seorang Pribadi yang rela merendahkan diriNya agar kita umat yang dikasihiNya mengalami kemenangan.
Secara pribadi dalam minggu paskah ini saya mengalami bagaimana saya harus membuat keputusan untuk mengorbankan kesenangan saya demi orang lain. Liburan selama 3 hari yang sekiranya saya rencanakan untuk berlibur, namun tiba-tiba saja dalam waktu lima menit keputusan tersebut harus berganti dengan hari-hari untuk berkorban bagi orang lain.
Namun saya tidak pernah menyesali keputusan yang saya buat, pengorbanan yang saya berikan untuk orang-orang yang saya kasihi menghasilkan buah yang sangat manis.

Berkorban bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi jika kita tidak tahu untuk apa dan siapa kita berkorban. Berkorban bukanlah suatu perasaan, melainkan lebih pada suatu komitmen. Ada kalanya kita tidak ingin berkorban, namun mau tidak mau kita harus berkorban, dan disanalah pengorbanan yang sesungguhnya.
Berkorban lahir sikap hati yang tulus, bukan topeng
Berkorban bukanlah sikap pasif, namun justru tindakan aktif yang didasari oleh kasih
Berkorban adalah awal dari suatu kemenangan atau suatu hal yang lebih baik
Saat kita berkorban, apalagi disertai dengan air mata, suatu saat pasti kita akan menuai sukacita

Siapkah kita berkorban untuk orang lain yang kita kasihi (keluarga, sahabat), orang lain di sekitar kita, atau bahkan rekan yang membenci kita ? Saat kita rela berkorban untuk rekan yang tidak mengasihi kita, disitulah arti pengorbanan yang sejati. Pengorbanan yang keluar dari kasih tanpa syarat yang telah lebih dulu dinyatakan olehNya bagi kita semua.

Secret of God is Love
Secret of Love is Sacrifice
Secret of Friendship is Concern
Secret of Happiness is Giving

Happy Easter.....

Rabu, 13 Februari 2008

Antara murid, anak, adik, dan temanku di hari valentine


Hari hari ini aku sedang menikmati hubunganku dengan murid-muridku. Mereka dalah muridku, di lain waktu adalah adikku bahkan di lain waktu lagi mereka adalah teman-teman dan rekanku. hmm, mungkin kedengarannya membingungkan. Tapi memang begitulah hubunganku dengan murid-murid SMA-ku. Jarak umur yang tidak terlalu jauh membuatku merasa dekat dengan mereka. Di sekolah mereka adalah murid sekaligus anakku. Di luar sekolah mereka adalah adik bahkan ada beberapa yang merupakan teman sepelayanan dalam gereja.

Suatu hubungan yang kompleks memang. Namun disitulah aku merasakan uniknya suatu hubungan. Bukan berarti aku tidak pernah marah dengan mereka. Kadangkala bahkan kami pernah mengalami suatu konflik pendapat yagn cukup tajam. Bahkan disertai dengan air mata. Mungkin inilah uniknya sekolah kami. Hubungan yang begitu dekat antara guru dan murid membuat hubungan kami begitu personal. Tidak jarang kami saling memberi sentuhan perhatian, merangkul bahkan memberi ciuman kasih, yang pastinya dilakukan oleh guru dan murid yang berjenis kelamin sama.

Salah seorang murid yang cukup spesial dalam hatiku adalah Joshua. Aku pernahmenjadi wali kelasnya selama satu semester. Kami sangat dekat bahkan hingga ia menjadi alumni. Ia kini tidak lagi memanggilku ibu melainkan memanggilku dengan sebutan kakak. Hampir setiap minggu kami masih sering bertemu untuk pelayanan bersama di gereja.

Pernah juga aku mengalami konflik yang cukup tajam dengan salah seorang muridku yang bernama Samdian. Kami berbeda pendapat bahkan konflik kami disertai dengan air mata. Namun akhirnya kami berhasil menyelesaikannya dan terjadi rekonsiliasi. Peristiwa tersebut membuat kami dapat lebih saling mengenal satu sama lain.

Di hari valentine ini ada atmosfer yang beda di sekolah kami. Murid-murid saling berbagi coklat. Kamipun sebagai guru juga memperoleh coklat dari beberapa murid termasuk dari alumni. Bukan hanya coklat, ada salah satu murid yang memberikan bunga mawat kepada wali kelasnya, hingga wali kelasnya begitu terharu.

Hari-hari ini aku diingatkan akan sesuatu hal. Ketika ruangan yang kutempati dipindahkan. Aku mengalami kesulitan untuk bisa dekat dengan murid-muridku. Dulu mereka sering sekali bermain ke ruanganku, hanya untuk menunggu jemputan sambil bercerita, atau hanya untuk makan bersamaku. Kadangkala bahkan aku hampir 'nyaris tidak bisa bernafas' karena murid yang masuk ke ruanganku tidak pernah berhenti.

Namun aku menyadari bahwa mereka membutuhkan aku, bahkan untuk suatu hal yang sederhana misalnya sapaan, sentuhan obrolan, makan bersama dll. Dan itu harus dimulai kembali, sekalipun kini ruanganku sudah tidak senyaman dulu lagi. Karena itulah yang anak remaja butuhkan. Mereka tidak hanya membutuhkan nasehat, namun lebih dari itu mereka membutuhkan pribadi yang peduli dengan hati mereka. Mereka tidak akan peduli seberapa besar yang kita ketahui sampai mereka tahu bahwa kita peduli akan hati dan hidup mereka. Mereka membutuhkan suatu kasih yang dapat dirasakan. Bahkan ketika kita marah, ada satu hal yang harus ada dalam hati mereka. Suatu perasaan bahwa mereka tetaplah pribadi-pribadi yang sangat kita kasihi.

Mungkin ada beberapa orang dari mereka yang tidak lagi menjadi muridku atau anakku, namun yang pasti mereka tetaplah adik dan sahabat dalam hatiku. Aku mengasihi kalian ^.^