
Salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi dalam pencarian kita untuk menikmati kehidupan terbaik kita adalah godaan untuk hidup dengan mementingkan diri sendiri. Di zaman yang sertba individualis ini kita diajarkan untuk menjadi nomor satu. “Apa keuntunganku di situ?” Aku akan menolongmu, tetapi apa yang akan kudapatkan sebagai imbalannya?” Seringkali pikiran tersebut terbersit dalam pikiran kita dalam hubungan kita dengan orang lain bahkan dengan Tuhan.
Namun kadangkala kita lupa Tuhan tidak pernah menciptakan kita untuk hidup bagi diri sendiri. Siapapun manusia di dunia ini, tanpa memandang suku bangsa, warna kulit, usia bahkan agama; diciptakan untuk menjadi seorang pemberi. Oleh karena itu kita tidak akan pernah benar-benar puas sebagai seorang manusia sebelum kita menjadi seorang pemberi, karena itulah hakikat kita sebagai manusia.
Ketika kita terperangkap dalam kemarahan, kekhawatiran, mengasihani diri sendiri dll, saat kita menenggelamkan diri dalam masalah-masalah dalam saya, itulah rumus untuk depresi dan keputusasaan. Jadi apabila kita sekarang berada dalam depresi dan keputusasaan, marilah kita tilik hati kita yang terdalam, apakah kita saat ini lebih mementingkan diri kita sendiri atau kita berfokus kepada Tuhan dan orang lain.
Dengan demikian salah satu solusi agar kita keluar masalah yang kita hadapi adalah dengan menolong orang lain menyelesaikan masalahnya. Benarkah itu ? Ya. Mulailah dengan menabur suatu benih agar Tuhan dapat mendatangkan panen bagi kita. Saat kita memiliki masalah dalam financial, bagikan sebagian uang yang kita miliki untuk memberi sedekah kepada orang yang memerlukan, memberi lebih banyak dari persembahan kita, atau jika kita tidak memiliki kelebihan uang kita dapat memberikan senyuman kepada orang asing yang kita temui dalam perjalanan kita. Apabila kita kesepian dan kakurangan sahabat, menabur kasih dan kehangatan kepada sesama kita adalah benih yang subur yang dapat kita tabur. Saat kita ingin menyaksikan kesembuhan dan pemulihand alam kehidupan kita, tolonglah seseorang menjadi pulih dan sembuh. Intinya, saat kita menjangkau orang lain yang membutuhkan, Tuhan akan memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan kita sendiri disediakan olehNya.
Alkitab menyebutkan, “Dalam masa-masa kesukaran, percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik.” TIdak cukup hanya mengatakan kepada TUhan, “Tuhan aku percaya kepadamu. Aku tahu bahwa Engkau akan memenuhi semua kebutuhanku.” Itu sam dengan petani yang tidak menanam benih apapun dan mengharapkan panen yang luar biasa. Firman TUhan mengatakan bawha ada dua hal yang harus kita lakukan dalam masa-masa kesukaran. Pertama, kita harus mempercayai Tuhan dan kedua, kita harus pergi dan melakukan sesuatu yang baik.
John Bunyan, penulis buku klasik The Pilgrim’s Progress berkata, “Engkau belum hidup hari ini sebelum engkau melakukan sesuatu untuk orang yang tidak dapat membayar kembali kepadamu”. Dalam masa kesukaran, jangan hanya duduk-duduk sambil merasa kasihan kepada diri sendiri. Pergi dan taburlah sebutir benih. Bahkan kita tidak perlu menunggu sampai mempunyai suatu masalah sebelum kita mulai menabur. Kita seharusnya terus-menerus mencari cara-cara agar kita dapat menjadi berkat, bukan hanya saat kita membutuhkan. Kita seharusnya bangun setiap pagi dengan mencari berbagai cara untuk menolong orang lain. Jika kita mau melakukannya, Alkitab berkata bahwa berkat-berkat Tuhan akan mengejar dan merebut kita.
1 komentar:
Sebuah inspirasi yang menggugah hati, memang masa ini adalah masah yang sulit, tapi satu hal yang saya dapati dari inspirasi ini adalah: Menaburlah selagi hari masih siang.
jangan jemu-jemu menyatakan kasihmu kepada banyak orang...Trima kasih untuk INSPIRASI. Maju terus Bu Yo,,,,GBU
Posting Komentar