Rabu, 13 Februari 2008

Antara murid, anak, adik, dan temanku di hari valentine


Hari hari ini aku sedang menikmati hubunganku dengan murid-muridku. Mereka dalah muridku, di lain waktu adalah adikku bahkan di lain waktu lagi mereka adalah teman-teman dan rekanku. hmm, mungkin kedengarannya membingungkan. Tapi memang begitulah hubunganku dengan murid-murid SMA-ku. Jarak umur yang tidak terlalu jauh membuatku merasa dekat dengan mereka. Di sekolah mereka adalah murid sekaligus anakku. Di luar sekolah mereka adalah adik bahkan ada beberapa yang merupakan teman sepelayanan dalam gereja.

Suatu hubungan yang kompleks memang. Namun disitulah aku merasakan uniknya suatu hubungan. Bukan berarti aku tidak pernah marah dengan mereka. Kadangkala bahkan kami pernah mengalami suatu konflik pendapat yagn cukup tajam. Bahkan disertai dengan air mata. Mungkin inilah uniknya sekolah kami. Hubungan yang begitu dekat antara guru dan murid membuat hubungan kami begitu personal. Tidak jarang kami saling memberi sentuhan perhatian, merangkul bahkan memberi ciuman kasih, yang pastinya dilakukan oleh guru dan murid yang berjenis kelamin sama.

Salah seorang murid yang cukup spesial dalam hatiku adalah Joshua. Aku pernahmenjadi wali kelasnya selama satu semester. Kami sangat dekat bahkan hingga ia menjadi alumni. Ia kini tidak lagi memanggilku ibu melainkan memanggilku dengan sebutan kakak. Hampir setiap minggu kami masih sering bertemu untuk pelayanan bersama di gereja.

Pernah juga aku mengalami konflik yang cukup tajam dengan salah seorang muridku yang bernama Samdian. Kami berbeda pendapat bahkan konflik kami disertai dengan air mata. Namun akhirnya kami berhasil menyelesaikannya dan terjadi rekonsiliasi. Peristiwa tersebut membuat kami dapat lebih saling mengenal satu sama lain.

Di hari valentine ini ada atmosfer yang beda di sekolah kami. Murid-murid saling berbagi coklat. Kamipun sebagai guru juga memperoleh coklat dari beberapa murid termasuk dari alumni. Bukan hanya coklat, ada salah satu murid yang memberikan bunga mawat kepada wali kelasnya, hingga wali kelasnya begitu terharu.

Hari-hari ini aku diingatkan akan sesuatu hal. Ketika ruangan yang kutempati dipindahkan. Aku mengalami kesulitan untuk bisa dekat dengan murid-muridku. Dulu mereka sering sekali bermain ke ruanganku, hanya untuk menunggu jemputan sambil bercerita, atau hanya untuk makan bersamaku. Kadangkala bahkan aku hampir 'nyaris tidak bisa bernafas' karena murid yang masuk ke ruanganku tidak pernah berhenti.

Namun aku menyadari bahwa mereka membutuhkan aku, bahkan untuk suatu hal yang sederhana misalnya sapaan, sentuhan obrolan, makan bersama dll. Dan itu harus dimulai kembali, sekalipun kini ruanganku sudah tidak senyaman dulu lagi. Karena itulah yang anak remaja butuhkan. Mereka tidak hanya membutuhkan nasehat, namun lebih dari itu mereka membutuhkan pribadi yang peduli dengan hati mereka. Mereka tidak akan peduli seberapa besar yang kita ketahui sampai mereka tahu bahwa kita peduli akan hati dan hidup mereka. Mereka membutuhkan suatu kasih yang dapat dirasakan. Bahkan ketika kita marah, ada satu hal yang harus ada dalam hati mereka. Suatu perasaan bahwa mereka tetaplah pribadi-pribadi yang sangat kita kasihi.

Mungkin ada beberapa orang dari mereka yang tidak lagi menjadi muridku atau anakku, namun yang pasti mereka tetaplah adik dan sahabat dalam hatiku. Aku mengasihi kalian ^.^

Tidak ada komentar: