Selasa, 16 September 2008

Rasa Es Krim=Kepribadianmu


Rasa es krim yang kamu pilih ternyata berkaitan erat dengan kepribadianmu. Ini bukan sekadar rekaan belaka, tapi berdasarkan pengamatan pemilik kedai es krim di California, Amerika Serikat, selama bertahun-tahun.
Joseph Edy, si pemilik kedai, ternyata bukan hanya melayani pembelian saja, tapi juga mengamati karakter dan kebiasaan para pelanggannya. Bahkan, ia mengajak mereka mengobrol. Dari pengamatan ini ia membuat catatan untuk mencocokkan rasa es krim dan karakter si pemesan. Boleh percaya boleh tidak, tapi catatan Edy di bawah ini patut di simak.

1. Rasa vanila, biasanya yang suka rasa ini menyukai warna hidup dan tantangan. Sayangnya, kurang bisa mengontrol diri dan selalu mengikuti kata hati. Memiliki kekuatan dan harapan tinggi untuk mewujudkan setiap impian.

2. Cokelat, penyuka rasa ini termasuk orang yang kreatif, sangat mencintai hidup, menarik, dan penuh antusias. Suka menjadi pusat perhatian dan membenci rutinitas yang monoton.

3. Banana split, selalu berpikir positif kepada setiap orang, easy going, jujur, simpatik, dan sangat peduli pada lingkungan.

4. Stroberi, tergolong pemalu, tertutup, tidak memiliki emosi kuat, tapi teliti dalam setiap tindakan.

5. Es krim dengan taburan choco chip, termasuk ambisius, menyukai persaingan, menarik, dan memiliki kehidupan sosial yang bagus.

6. Es krim dengan taburan kacang, penyuka jenis es krim ini adalah orang yang perfeksionis, selalu berhati-hati dalam tindakan, sangat peduli pada detail, dan penuh etika. Menyukai persaingan positif dan sangat suka berolahraga.

Nah, kamu penyuka es krim yang mana?

Sumber : http://forum.kompas.com/perempuan/6344-rasa-es-krim-kepribadian-anda.html

Rabu, 10 September 2008

AKu mengasihimu, tapi mengapa kau tidak mengerti ?


Tulisan ini diispirasi dari kisah 2 muridku yang yang merupakan sepasang kakak beradik yang (sebetulnya) saling menyayangi, namun tanpa sadar mereka saling menyakiti karena ungkapan kasih mereka tidak dapat dimengerti oleh saudaranya. Sang kakak mengekspresikan kasih kepada adiknya dengan memberi nasihat, menegur apabila adiknya melakukan kesalahan, menempatkannya dalam lingkungan yang diharkan akan membuat adiknya menjadi lebih baik dll. Namun dengan bahasa kasih kakaknya, sang adik malah merasa tertekan. Ia merasa bahwa sanga kakak tidak mengasihinya dan hanya selalu menuntutnya. Jadi apa yan gmembuat sang adik merasa dikasihi ? Ternyata satu hal yang ‘sederhana’, yaitu dengan pelukan. Akhirnya seteleh rekonsiliasi dan komunikasi, konflik diantara mereka dapat terselesaikan. Mereka saling memahami saudaranya. Dan hubungan merekapun makin baik.

Seberapa sering kita mengalami bahwa kita merasa tidak dikasihi baik oleh orangtua, sahabat, pasangan atau saudara kita. Barangkali bukan karena mereka tidak mengaishi kita, namun karena adanya perbedaan bahasa kasih yang kita ungkapkan.

Menurut Gary Chapman, pengarang buku “Bahasa Kasih”, ada 5 bahasa (ungkapan)kasih yang biasanya kita berikan yaitu : Kata-kata , waktu berkualitas, pelayanan, hadiah, dan sentuhan. Tiap orang memiliki ke-5 bahasa kasih tersebut. Namun setidaknya ada 2 bahasa kasih dominan yang kita miliki. Tanpa dikasihi oleh bahasa kasih yang tersebut, kita tidak dapat benar-benar dapat merasakan kasih (cinta) yang dikspresikan oleh orang lain. Kita akan cenderung mudah merasa dikasihi oleh orang yang mengekspresikan kasihnya dengan bahasa kasih yang kita miliki.Inilah yang menyebabkan kadangkala kita merasa memiliki ‘klik’ dengan orang-orang tertentu.

Ekspresikan kasih kita kepada orang-orang yang special dengan bahasa kasih yang merka ‘mengerti’ hari ini ! Sekalipun itu mungkin terasa aneh bagi kita untuk melakukannya, namun saat kasih tidak egois, kasih itu akan membawa kehangatan bagi orang yang menerimanya.

Selamat berbagi kasih ^.^ !

Kisah Pohon Apel


Ada sebuah pohon apel yang berdiri dengan gagahnya tepat di tengah suatu perkebunan apel. Dari sekian banyak pohon apel di kebun tersebut, pohon itulah yang menghasilkan buah apel yang paling lebat dan manis. Sang Petani begitu menyayangi pohon tersebut. Setiap hari Ia selalu menyempatkan diri untukmengunjungi pohon apel tersebut sambil memandangi rimbunnya buah apel yang bergelantungan.
Hampir setiap tahun ia menghasilkan banyak sekali pohon apel yang manis rasanya. Namun pada tahun ini buah yang dihasilkan tidak sebanyak tahun sebelumnya, rasa buahnyapun lebih asam bahkan banyak dari buah apel tersebut yang berjatuhan sebelum siap untuk dipanen.

Pada suatu pagi, seperti biasanya Sang Petani mengunjungi si pohon apel. Namun kali ini ia memandangi pohon apel itu dengan perasaan sedih. Biasanya Sang Petani betah duduk berlama-lama memandangi dan memuji pohon apel tersebut. Namun kali ini Sang Petani hanya beberapa detik saja mengunjunginya. Dalam hati pohon apel begitu sedih, ia berkata dalam hatinya,”Mengapa Sang Petani yang biasanya begitu memperhatikanku sekarang meninggalkanku. Apakah Ia sudah tidak lagi mengasihi diriku karena aku kini tidak membuatnya bangga lagi karena sekarang buahku tidak sebanyak dan semanis biasanya ?”

Tidak lama kemudian Sang Petani datang kembali dengan sebilah kapak, seutas tali dan sebatang tiang besi. Pohon apel begitu terkejut, dalam bayangannya Sang Petani pasti tidak lagi menghendakinya dan dan berniat untuk menebang tubuhnya.
Namun apa yang terjadi sungguh berbeda dengan bayangannya, dengan tersenyum penuh kasih ia menghampiri pohon apel sambil memengang sebilah kapak kapak yang berkilauan diterpa sinar matahari pagi.

“Apa yang hendak kaulakukan padaku wahai Petani yang baik?” tanya si pohon apel masih dengan ketakutan.

“Tenang dan diamlah, Aku hendak membuatmu berbuah lebih lebat lagi. Percayalah kepadaKu, karena Aku sangat mengasihimu,” jawab Sang Petani dengan lembut. Kemudian Ia mengayunkan kapak itu kepada ujung dahan-dahan pohon apel yang menjulang ke atas.

“Aduh…apa yang Kaulakukan, Engkau menyakitiku,” jerit pohon apel.

“Apakah engkau tidak percaya kepadaKu, Akulah yang sudah menjaga dan memeliharamu sejak engkau masih berupa biji, masakan Aku sekarang hendak membinasakanmu.”

“Baiklah Petani, aku percaya kepadaMu,” jawab pohon apel dengan penuh penyerahan diri, kali ini ia memilih untuk diam dan percaya sepenuhnya kepada Sang Petani

Dengan sigap Sang Petani mengikat dahan yang telah dipotong ujungnya tersebut dengan seutas tali, kemudian merundukkan dahan yang semula menjulang ke atas itu serendah mungkin dan diikatkannya pada sebatang besi yang sudah ditegakkan di atas tanah.
Akhirnya pohon apel tidak dapat menahan dirinya seraya berkata, “Petani, mengapa Engkau membuat dahanku menjadi begitu rendah, padahal selama ini aku begitu bangga karena dahanku yang menjulang tinggi banyak dikagumi oleh pengunjung karena membuatku nampak indah,”

Dengan senyum penuh kasih Sang Petani menjawab, “Justru dahan itulah yang membuatmu tidak dapat berbuah lebat dan manis. Dahan yang menjulang tinggi yang selama ini kaubanggakan itu mengandung sedikit sekali unsur hara yang dibutuhkanutuk menghasikan buah. Unsur hara ini akan turun ke bawah sehingga hanya sedikit sekali yang tertinggal di dahan. Sebaliknya saat aku merundukkan dahanmu, dahan ini akan menjadi lebih datar dan mampu menyimpan unsur hara yang melimpah di dalamnya, sehingga nantinya dari dahan ini akan menghasilkan buah yang lebih lebat dan manis.”


Kadangkala dalam kehidupan, tanpa sadar kita hidup dalam keangkuhan dan kebanggan diri sendiri. Akibatnya hidup kita tidak dapat menghasilkan buah yang maksimal. Namun dengan penuh kasih Bapa memangkas bagian kehidupan kita yang tidak berkenan dihadapanNya, mengikatkan hati kita kepada hatiNya, dan merendahkan hati kita sama seperti Ia sudah merendahkan diriNya dan mati di kayu salib. Sama seperti kita mengalami kematian bersamaNya, kitapun akan mengalami kebangkitan bersamaNya.
Saat ia memangkas beberapa bagian hidupmu dan merendahkan hatimu, janganlah mengeraskan hatimu. Karena Ia Bapa yang penuh kasih, Ia tahu yang terbaik bagi hidupmu. Dan Ia mau yang terbaik terjadi di dalam hidupmu, karena engkau adalah anak kesayanganNya.

Inspired by sharing with Win (9/9'08)

Selasa, 09 September 2008

Lilin Harapan


Ada 4 lilin yang menyala,
Sedikit demi sedikit habis meleleh.

Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:”Aku adalah Cinta. Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.”
“Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.”
Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:

"Jangan takut,
Janganlah menangis,
selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya"

” Akulah H A R A P A N “

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah H A R A P A N.
yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-Nya!

L0neliness


Pernahkah engkau merasa kesepian sekalipun engkau dikelilingi oleh banyak orang di sekelilingmu ? Atau adakah bagian dalam hatimu yang merasa kosong ? Mengapa banyak orang yang nampaknya ceria namun dibaliknya namun jauh di dalam hantinya memendam kekecewaan?

Beberapa waktu ini aku sedang melayani beberapa orang, dan sebagian besar dari mereka kudapati memiliki perasaan kesepian bahkan kosong dalam hatinya. Akibatnya sebagian dari mereka meskipun nampaknya ceria, namun adakalanya itu hanyalah suatu topeng yang menutupi apa yang ada di dalam hatinya. Apa yang kutulis ini adalah hasil dari perenungan pribadiku selama aku melayani mereka termasuk dari apa yang kualami sendiri.

Jadi sebenarnya apa apa penyebab dari kesepian ? Kesepian dapat disebabkan karena hilangnya figur dalam kehidupan kita. Figur tersebut bisa orangtua, saudara , sahabat atau otoritas lainnya. Intinya adalah bahwa figur yang kita miliki tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Secara kasat mata kita dapat melihat kehadirannya, namun kita tidak memiliki hubungan yang seharusnya dengan mereka.

Kesepian merupakan hal yang kadangkala sulit untuk kita sadari. Lebih mudah bagi kita untuk menemukan bahwa kita terluka dengan perakuan orang lain karena kita dapat dengan mudah merasakannya bahkan kita lihat dengan mata jasmani kita. Contohnya kita dapat dengan mudah mengakui bahwa kita terluka akibat perlakuan orang tua kita yang keras, atau teman yang menyakiti kita terang-terangan. Sebaliknya kita cukup sulit mengakui bahwa kita kecewa akibat orangtua yang mengabaikan kita, kakak yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dll.

Adakalanya kita terluka bukan oleh karena apa yang orang lain lakukan kepada kita, melainkan apa yang orang lain tidak lakukan kepada kita sesuai dengan fungsinya (atau apa yang kita harapkan). Dan lebih sulit untuk mengakui bahwa kita kecewa dengan apa yang orang lain tidak lakukan, karena seringkali kita tidak menyadari apa yang seharusnya mereka lakukan, sebelum kita memperoleh suatu kebenaran. Seringkali kita hanya merasa bahwa ada yang hilang dalam hati kita, tanpa menyadari dengan jelas apa yang menyebabkannya.

Akibatnya, orang yang memiliki kesepian dalam hatinya secara tidak disadari berusaha mencari figure pengganti dari orang lain. Dan inilah yang menjadi sumber kekecewaan berikutnya. Kadangkala kita mendapati bahwa kita menaruh pengharapan yang terlalu tinggi terhadap orang tersebut, dan umumnya memang mereka tidak dapt memenuhi pengharapan kita karena memang bukan itu solusinya.

Bagaimana kita dapat mengatasi kesepian atau kekosongan dalam hati tersebut ? Pertama temukan dalam diri kita masing-masing adakah kita kehilangan peran dari seseorang ? bisa orang tua, saudara, sahabat, atau otoritas lain. Berdoa dan minta Tuhan menunjukkan kepada kita, karena sesungguhnya Ia yang mengenali hati kita, bahkan lebih dari kita mengenali diri kita sendiri (Mzm 139 : 1-5). Selanjutnya akui dan lepaskan pengampunan bagi orang yangmengecewakan kita. Jangan menjauhkan diri dari kasih karunia Tuhan, karena apabila kita melakukannya, itulah sumber dari kepahitan dalam hati kita. Dan akhirnya alami kasih yang sejati daripadaNya, karena sesungguhnya Ialah sumber kasih yang dapat memenuhi hati kita yang kosong. Saat kita mengharapkan orang lain kita akan mengalami kekecewaan karena tidak ada seorangpun yang dapat memuaskan hati kita, hanya Dialah kasih yang sejati karena Allah adalah kasih itu sendiri (1 Yoh 4 : 7-21).

Jumat, 05 September 2008

Michelle si anak ceria...


Senyum dan keceriaannya beberapa hari ini begitu sering muncul di hadapanku. Michelle ini sangat antusias dalam menawarkan bantuannya kepada guru-guru yang ditemui. Namun siang ini aku punya kesempatan untuk mendengar isi hatinya yang terdalam. Ternyata di balik keceriaannya, ia seringkali menyimpan kesedihan, apalagi apabila ia sendirian atau sedang mendalami masalah dengan orangtuanya.

Ternyata ada kekecewaan dalam hatinya yang selama ini ia pendam dan sulit baginya untuk mengampuni orang yang melukai hatinya tersebut. Selama ini ia berusaha melupakannya, namun dengan gaya bahasa seorang bertemperamen intim, ia mengakui bahwa seringkali ada semacam duri atau pisau yang menusuk hatinya.

Setiap kali ia mau mengampuni orang tersebut ia berpikir bahwa tidak ada gunanya, toh orang tersebut juga tidak akan berubah. Namun ditengah kegalauan hatinya ia berusaha untuk tetap ceria (ceria dengan maksimal, begitulah ia mengungkapkannya :P). Namun pastinya tetap saja aja hati yang kosong dan luka saat ia tidak mau sepenuhnya mengampuni.

Memang pengampunan bukanlah hal yang mudah. Namun justru karena itulah pengampunan adalah suatu keputusan yang membutuhkan kasih karuniaNya. Dengan mengingat kebaikan dan karya penebusanNya sajalah yang memampukan kita untuk melepaskan pengampunan bagi orang-orang yang pernah melukai kita.

Semoga hari-hari ini hatimu semakin damai Michelle dan kamu bisa menang atas setiap kekecewaan yang kamu alami. Sehingga keceriaanmu adalah keceriaan yang terpancar dari hatimu.

Luv u my daughter...

"Ayo masuk ko Joe...!"


"Ayo masuk ko Joe...!" Itulah celetukan anak-anakku terutama anak anak kelas 7 tiap hari Rabu dan Jumat. Yah sekolah kami memang kedatangan satu alumni tiap hari rabu dan jumat mulai tahu ajaran ini. Di antara waktu kuliahnya, Joshua (atau kami suka memanggilnya dengan sebutan Joe, atau ko atau kak Joe) menyempatkan diri untuk mengunjungi almamater tercinta 2 kali seminggu.

Bukan hanya sekedar mengunjungi kami guru-gurunya, namun ia suka sekali bertemu dengan adik-adiknya di kelas 7. Rasanya sebagian besar anak-anak kelas 7 sudah menganggap ia sebagai bagian dari sekolah ini. Ia begitu mencintai mereka sehingga kedatanganya selalu dinantikan. Akhirnya muncullah celetukan di atas, yang merupakan undangan anak-anakku agar si kakak Joe ini masuk ke kelas mereka, untuk berbincang-bincang atau bahkan hanya untuk mendengar celotehan-celotehan mereka.

Bukan cuma anak-anakku yang diberkati, namun juga guru-guru yang ada di sekolah ini, terutama aku tentunya :). Baru 2 tahun yang lalu ia masih siswa di sekolah ini, kadang ia masih suka berlarian di koridor sekolah dan bercanda dengan teman-temannya, namun ia sekarang udah jadi kakak buat anak-anakku. Rasanya baru saja ia menjadi muridku yang kadangkala muncul dengan tiba2 di hadapanku untuk mengagetkan aku selama aku menjadi gurunya, namun sekarang ia sudah menjadi partner dalam membimbing anak-anakku.

Tx Joe, I'm so blessed with ur life.

Kamis, 04 September 2008

Sang Ketua kelas


Kalo ini salah satu ketua kelas di kelas X yaitu di kelas Xa. Namanya Rustam. Pertama kali saat pemilihan ketua kelas, hampir seluruh anggota kelas memilihnya untuk menjadi ketua kelas. Namun kelihatan sekali bahwa mereka memilihnya sebagai ketua kelas karena nampaknya ada yang "unik" dengan dirinya.

Namun ternyata kini Rustam menjadi siswa terbaik di SMA. Sikapnya begitu sopan dan ramah. Ia begitu betanggung jawab dengan setiap tugasnya sehngga satu kelasnya kini sangat menghormati sabagai ketua kelas. Tidak nampak lagi keluguan di awal tahun ajaran yang diperlihatkannya. Rustam juga salah satu anak yang sangat cinta Tuhan. Sejak ia mengenal Tuhan, ia mempunyai hati yang haus akan Tuhan, bahkan ia punya kerendahan hati untuk dibina.

Senang sekali melihat anakku mengalami perubahan hidup. Dari yang kudengar sebelumnya, selama SMP ia termasuk anak yang bermasalah. Namun kini "sisa-sisa peninggalan" anak bermasalah itu benar-benar sirna. Rustam sudah menjadi seorang pribadi yang berbeda sejak ia mengenal Tuhan. Memang bagi Tuhan ngga ada yang mustahil. Bravo Rustam... :D

Ini dia anak-anak angkatku


Ini dia wajah anak-anakku. Selama 3 bulan ini aku menggantikan salah satu rekanku menjadi wali kelas untuk kelas Xa dan Xb total 37 anak. Hmm, ini termasuk rekor untuk tunas bangsa nih. Dengan berbagai macam keunikan mereka, jadilah aku ibu angkat mereka. Begitulah aku menyebut diriku sendiri selama ibu mereka cuti karena malahirkan.

Kadangkala mereka sering bertanya kok ibu mereka tidak ada, juga mengeluh kok dalam 2 kelas mereka punya ibu yang sama, dll. Namun lama kelamaan aku semakin sayang dengan mereka. Dengan keunikan masing-masing, dengan tantangan menghadapi keriuhan mereka setiap hari, termasuk dengan canda tawa dan kadang keluhan-keluhan, mereka memberi warna dalam hidupku hari-hari ini.

Yah, yang pastinya aku berharap mereka makin bertumbuh bukan hanya dalam hikmat, karakter namun juga pengenalan mereka akan Tuhan. Dan semoga aku juga bisa jadi ibu yang bak bagi mereka, meskipun cuma ibu angkat selama 3 bulan :P

"Ada yang bisa saya bantu ?"


Kalimat di atas adalah satu kalimat yang selalu diucapkan oleh salah satu muridku yang bernama Michelle Angela. Perkataan tersebut ia tanyakan hampir kepada semua guru. Setiap hari ia mampie ke ruanganku, dan dengan ekspresi yang penuh keceriaan ia akan tersenyum sampai matanya yang sipit itu tinggal segaris, mengangkat tangan kanannya dan berkata "Ada yang bisa saya bantu Bu ?" Dan setelah ia selesai membantu seseorang, sambil bergumam ia bertanya kepada dirinya sendiri, "Siapa lagi ya yang akan saya bantu?"

Angela, begitu kami memanggilnya, menjadi sangat bermurah hari-hari ini. Pertama kali aku melihatnya di kelas 7a, aku terkesan oleh cara berbicaranya yang sangat cepat plus gerakan tubuhnya yang unik. Ia suka menggerakkan tangan kanannya sewaktu berbicara. Apa yang menyebabkan ia berubah demikian ?

Ternyata ia mengakui sendiri bahwa ia mengalami perubahan sejak ia mengikuti retreat di sekolah dua minggu yang lalu. Angela bercerita bahwa sejak Tuhan menjamah hatiNya, ia ingin sekali menolong orang lain. Akhirnya ia menuruti dorongan hatinya denga menawarkan bantuan kepada setiap guru yang ditemuinya dengan penuh sukacita. Selain itu, iapun mengakui bahwa sekarang ia merasa tidak nyam saat melakukan dosa, berbeda dengan sewaktu ia belum mengenal Tuhan. Hmm, senang sekali rasanya mendengar si Angela ini mengalami kasih Tuhan. Tx God