Sabtu, 14 April 2012

4 tahun yang lalu.....




Posting terakhir tertanggal : Minggu, 2 November 2008 tentang kisah Pak Johan yang aku tulis beberap saat setelah terpilihnya rekan kerjaku yang kocak itu sebagai guru terbaik (hiksss...sekarang Mr Jooo ini pasti sedang ada di rumahnya setelah setahun yang lalu ia terkena stroke yang membuatnya sementara pensiun dari dunia persekolahan formal) :(

http://yo-inspiration.blogspot.com/2008/10/my-fortress.html : salah satu karya mantan muridku Joshua & Harmoni (sempet ada di HP Nokia E51 selama betahun-tahun hingga akhirnya HP itu ngga bisa dinyalakan lagi karena baterainya menggembung) -- sekarang Joe udah kerjaaa (dan akhirnya pakai kemeja juga haha), Ony udah kuliah di psikologi UBM ^^ - calon penerus papanyaa dan sudah bikin single yang keren abiss -- http://soundcloud.com/harmoniezra/sadarilah

http://yo-inspiration.blogspot.com/2008/10/lomba-17an-vs-digital-magazine.html : kisah seru saat menjadi wali kelas untuk 2 kelas sekaligusss, Xa dan Xb !! kelas yang super duper unikkkk, nyaris anak cowo semua haha.. Masih ingat perjuangan penuh air mata (hmm, ngga sampai segitu juga sih :D) saat mendampingi mereka berpartisipasi dlm lomba 17an. Dan sekarang mereka sudah kuliah - Rivaldo (yang ada di foto - salah satu anak paling unik sepanjang TB :P), kuliah di London School sekarang. Miss him....^^

http://yo-inspiration.blogspot.com/2008/09/aku-mengasihimu-tapi-mengapa-kau-tidak.html : diinspirasi teng kisah kakak beradik yang sangat berbeda tipe. sering terjadi konflik salah satunya karena perbedaan bahasa kasih. Pernah pemberesan di sekolah, pernah cerita sambil nangis juga di sekolah, pernah berdoa bareng2 juga di sekolah (tepatnya waktu itu di gedung terkeren sepanjang masa : gedung superindo :D). Hmm sekarang pun mereka semua sudah kuliah....

http://yo-inspiration.blogspot.com/2008/09/michelle-si-anak-ceria.html : bener-bener terkesan dengan anak ini. Perubahannya sejak ikut Champion Gathering saat ia kelas 7 sungguh suatu perubahan yang sangat drastis. dari saorang anak yang keras, sampai benar-benar ramah dan suka penolong........dan pada tahun-tahun berikutnya penuh dengan liku-liku, cukup banyak masalah hingga keputusan-keputusan besar yang harus diambil untuk mengatasinya. Dan anak si Michelle inipun sekarang sudah duduk di tingkat SMA di daerah Cakung. Minggu lalu baru saja mengiim voice note via bb temannya. ooh, I miss her so much...miss her voice (bu Yo..bu Yo..bu Yo - dengan nada rendah yang berbeda-beda), and miss her drawing ^^

dll dst

4 tahun sudah tidak menuliskan apapun di blog ini (anak-anakku yang tertulis di sinipun sudah lulus dari TB), sampai beberapa hari yang lalu mengikuti pertemuan guru-BK dengan nara sumber Bp Dedi D Dwitagama (seorang Bapak yang betul-betul hebatt) : kepsek SMKN 29 Penerbangan, sekaligus pembicara, motivator, penulis dan fotografer. Mengingatkan lagi akan salah satu talenta yang Ia sudah percayakan bagiku....


Barangkali ini waktunya kembali untuk menorehkan kata-kata, cerita dan Inspir@si di sini......

Hope u can inspire ^^




Minggu, 02 November 2008

Menjadi Generasi yang Membuat Perbedaan (Difference Maker)

Apa yang membuat seseorang dapat membuat suatu perbedaan dalam lingkungannya?
Apa yang harus kita lakukan supaya orang lain memperlakukan kita berbeda dengan orang lain ?




Kisah seorang ‘Difference Ma
ker’
Berada dalam satu ruangan dengan banyak pemimpin, membuatku banyak belajar. Dalam kurun waktu lebih dari setengah tahun ini saya dikelilingi oleh orang-orang yang sangat unik yang bukan hanya berdedikasi dan selalu antusias dalam pekerjaannya, namun juga selalu berkeinginan untuk maju. Salah satu dari sekian banyak rekan-rekan yang haus untuk menapaki hal-hal yang baru di ruanganku adalah seorang yang bernama Bp Johan.


Predikat sebagai guru terbaik yang menerapkan nilai-nilai dalam organisasi kami (sekolah Kristen Tunas Bangsa) menurutku adalah gelar yang layak untuk disandangnya. Seorang pribadi yang berprinsip untuk selalu maju satu langkah ke depan ini tidak berhenti membuat perubahan dalam hidupnya. Mulai dari belajar mengedit foto dan film secara otodidak, membuat blog (setelah beberapa hari sebelumnya kami dimotivasi untuk menjadi seorang guru yang excellent), dan bahkan yang membuatku terinspirasi hingga akhirnya aku memutuskan untuk membuat tulisan ini adalah saat ia mengatakan bahwa ia mulai mengajar anak-anak kelas VII dan VIII dalam bahasa Inggris.

Barangkali apabila yang mengajar dalam bahasa Inggris adalah rekanku yang lain, mungkin aku tidak akan terlalu terinspirasi dan bahkan mungkin tulisan ini tidak akan pernah lahir. Namun seseorang yang pernah mengakui bahwa selama masa sekolahnya ia sering melarikan diri dari pelajaran Bahasa Inggris karena tidak menyukainya ini telah membuat perbedaan. Wow, keterbatasan ternyata tidak menghadangnya untuk maju. Ia membuat keterbatasan itu menjadi batu loncatan. Batu yang seringkali hanya kita hindari atau bahkan kita abaikan, ia gunakan untuk membuat lompatan. Bukan hanya lompatan perbedaan dalam kehidupan pribadinya, tapi juga dalam lingkungannya. Itulah yang menjadikan dirinya menjadi seorang ‘difference maker’ ; menjadikan kelemahan menjadi batu loncatan untuk membuat suatu perbedaan.


Kunci pertama : ‘biasa’ namun tidak biasa
Dari kisah tersebut kita dapat menarik suatu benang merah untuk menjawab pertanyaan di atas. Apa yang membuat rekanku yang bernama Bp Johan ini membuat perbedaan bahkan ia membuat perbedaan positif dari keterbatasannya. Perubahan yang dilakukan rekanku tersebut adalah suatu hal yang sederhana. Namun kesederhanaan itulah sebenarnya kunci dari ‘difference maker’. Orang yang mampu membuat perbedaan sesungguhnya adalah seorang yang melakukan sesuatu yang ‘biasa’ dengan cara yang baiknya tidak biasa atau dengan kata lain melakukan dengan ‘excellent’. Mengajar dengan bahasa Indonesia di sekolahku adalah hal yang biasa kami lakukan, namun mengajar dengan diselingi bahasa Inggris adalah suatu cara yang tidak biasa. Dan hal yang tidak biasa itulah yang membuat ia berhasil membuat suatu perbedaan. Sederhana bukan?

Kunci kedua : mendatangkan keuntungan
Ternyata tidak sesederhana itu. Apabila kita hanya sekedar membuat perbedaan, kita dapat menjadi orang yang (kata orang Jawa) ‘nyeleneh’ di tengah masyarakat Oleh karena itu kita harus membuat perbedaan yang bermana. Apa maksudnya ? Perbedaan yang kita lakukan tidak serta merta diterima apalagi memberikan kontribusi bagi lingkungan, apalagi kalau perbedaan yang kita lakukan adalah perbedaan yang negatif bahkan menimbulkan kontroversi. Namun dapat dipastikan orang tidak akan pernah menolak perbedaan yang mendatangkan keuntungan baginya. Jadi inilah kunci yang kedua, perubahan tidak akan bermakna apabila perubahan tersebut tidak mendatangkan keuntungan bagi orang lain.

Kunci ketiga : segera lakukan!
Dunia yang makin penuh masalah ini makin dipenuhi oleh orang-orang yang depresi bahkan gila. Namun ada suatu pernyataan menarik yang berkaitan dengan siapa yang disebut ‘orang gila’. Albert Einstein pernah mengatakan bahwa ‘orang gila’ adalah orang yang berharap untuk memperoleh hasil yang berbeda namun ia selalu melakukan hal yang sema dengan cara yang sama pula. Wah, kalau demikian, betapa sering kita terjebak dalam hal ini. Kita terbuai dalam mimpi-mimpi di siang bolong, sampai kita lupa terbangun. Atau bahkan apabila kita terbangun, kita masih hidup dengan arus rutinitas namun kita berharap akan dapat menggapai mimpi yang pernah mekar dalam benak kita.

Jadi bagaimana supaya kita tidak hanya sekedar mimpi di siang bolong ? Rahasianya adalah : lakukan hal yang berbeda ! Semudah itukah ? Tentu sangat mudah apabila kita hanya merumuskannya dalam suatu kata-kata indah yang terukir dalam rencana kita. Namun melakukan sesuatu yang berbeda tidak semudah membalik telapak tangan kita dari bagian luar yang lebih gelap ke bagian dalam yang lebih terang. Kita harus sesegera mungkin mewujudkan perubahan tersebut. Kesegeraan dalam merealisasikan perubahan jauh lebih penting daripada besarnya perubahan itu sendiri. Intinya adalah tidak ada perubahan sebelum terjadinya suatu perubahan. Jadi, segera lakukan !

Akhirnya : mulailah dengan pembaharuan pikiran
Jadi, bagaimana agar orang tidak memperlakukankita sebagai generasi rata-rata alias generasi medioker namun menjadi generasi ‘difference maker’. Tentu saja tidak lain dan tidak bukan adalah dengan tidak bersikap rata-rata. Apabila kita melakukan suatu hal yang rata-rata, dengan cara rata-rata, kualitas rata-rata dan sikap yang rata-rata pula, maka dapat dipastikan kita akan memperoleh perlakuan yang rata-rata alias perlakuan yang biasa dari orang lain. Mulailah dari pembaharuan pikiran maka sikap atau respon kita akan berubah. Perubahan sikap akan menghasilkan perubahan kebiasaan. Transformasi dalam kebiasaan akan menghasilkan transformasi karakter . Dan akhirnya transformsi karakter akan menentukan siapa kita di masa yang akan datang, apakah kita akan menjadi seorang ‘difference maker’ atau tidak.


Copyright by Yohanna Adriana

Kamis, 23 Oktober 2008

Generasi Digit@l vs Generasi Analog (atrikel untuk anak muda dari pendidik orang muda yang (tentu saja) berjiwa muda)


Siapa yang tidak kenal Yahoo! Messanger, MSN, Friendster, Facebook, Youtube hingga Blogspot dan Multiply ? Kalau kamu mengaku anak muda yang ngga gaptek alias Gagap Teknologi, tentunya istilah di atas bukan hal yang asing, bahkan sudah menjadi “menu wajib” kita sehari hari.

Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa kamu sebagai anak muda sekarang hidup dalam era digital, sehingga tidaklah salah kalau kita seringkali disebut sebagai Generasi digital. Chatting dapat kita lakukan dimana saja berkat teknologi 3G, internet bukan lagi barang mahal, bahkan sekarang dengan selembar uang plastic merah kita dapat memperoleh koneksi internet tanpa batas sebulan penuh. Lalu, benarkah kamu sebagai anak muda yang melek teknologi ini menjadi apatis alias cuek terhadap lingkungan ?

Bukan satu dua kali pastinya kamu mendengar teguran orangtuamu yang memperingatkan agar mengurangi waktu bermain internet, atau ber-SMS ria dengan teman-temanmu. Pembatasan hingga pencabutan fasilitas internet menjadi ‘ancaman’ yang ‘mau tidak mau’ membuatmu pada akhirnya harus merelakan kesenangan kita berchatting, mengurangi serunya berbalas comment di situs Friendster, bahkan asyiknya mendownload lagu lagu-lagu favorit dari Youtube pun harus dibatasi.

Dan sebagai gantinya mereka memintamu keluar dari karnet (alias kamar internet) yang super nyaman itu dan berkumpul dengan mereka sekedar untukmenonton televisi dan ngobrol atau (yang menurutmu lebih menyebalkan lagi) menyuruhmu mengerjakan PR serta belajar.

Kekhawatiran orangtua
Majalah Time (19/3/2008) menyebutkan bahwa dengan stimulasi SMS, MP3, telepon, dan chatting, yang bersifat terus-menerus pada anak-anak akan terbentuk ketidakpekaan dan ketidakacuhan saat mereka berusia 25 atau 30 tahun nanti. Ya, tidak terelakkan lagi, inilah kekhawatiran orang tua (kita sebut saja dengan ‘Generasi Analog’ terhadap generasi digital hari-hari ini.

Terlalu berlebihankah kekhawatiran orang tuamu ? Kadang kita sebagai anak muda yang melek teknologi menganggap orangtua kita kuno dan ketinggalan jaman bahkan tidak mengerti dunia kita. Sebenarnya itu adalah kekhawatiran yang wajar manakala kualitas hubungan dengan orangtua kita menuju ke titik kritis. Karena bagaimanapun orangtua kita tetap mengharapkan kita memiliki koneksi yang baik dengan mereka, bukan hanya dengan teman teman kita di dunia maya.

“Jadi, haruskah aku melepaskan dunia digital dan kembali kepada dunia analog atas nama berbakti kepada orang tua?” Mungkin itu pertanyaan yang terbersit dalam pikiranmu. Tentu saja tidak. Bersembunyi dari teknologi menunjukkan bahwa kamu menyerah pada keadaan. Dan itu sama sekali bukan ciri generasi maju. Tentunya sebagai anak muda yang smart dan beretika, kamu mampu untuk memadukan perbedaan pandangan dan kepentingan yang (pasti) terjadi antara kamu (generasi digital) dan orangtuamu (generasi analog).

Mendamaikan Generasi Digital vs Generasi Analog
Karena kita tidak mungkin menuntut orang lain (orangtua.red) untuk berubah, dan perubahan itu hanya bisa dimulai dari diri kita sendiri; jangan sampai perubahan dunia yang semakin maju tidak diikuti oleh perubahan pikiran (dan sikap) yang menuju pada kemajuan.

So, gimana caranya mendamaikan Generasi Digital vs Generasi Analog (Ingat bahwa dalam hal ini kitalah yang harus berubah terlebih dahulu) :
1. Sadari dan pahamilah bahwa mereka berasal dari dunia yang berbeda
Sama dengan keherananmu dengan kesukaan mereka terhadap lagu keroncong misalnya, demikianlah pula keheranan mereka terhadap begitu sukanya kita “ngobrol dengan computer”. Inilah hal pertama yang sangat penting kamu lakukan, tanpanya rumahmu akan menjadi arena perang antar dua generasi setiap harinya.

2. Sediakan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
Jangan lupa bahwa kamu adalah seorang anak yang notabene dalam adat ketimuran masih ada dalam tanggung jawan orangtua kita. Jadi sangatlah wajar kalau mereka mengharapkan menatap wajah kita (bukan hanya mendengar suara kita) dan mengetahui kabar kita. Toh itulah salah satu tanda perhatian mereka kepada kita. Tentunya kita tidak mau kalau kita diabaikan kan ?

3. Kerjakan tanggung jawabmu sebagai pelajar dengan baik
Mencari bahan tugas di internet bukan menjadi alasan untuk berlama-lama di depan computer tanpa tujuan (apalagi hanya untuk bermain game online). Ingatlah bahwa kalau orangtuamu (yang bisa jadi bahkan tidak mengerti tentang internet) memberimu fasilitas internet (atau mengizinkanmu ke warnet), itu karena mereka percaya bahwa kamu adalah anak yang bisa dipercaya. So, lakukan tanggung jawabmu sebagai pelajar dengan baik dan jangan sia-siakan pekercayaan mereka.

4. Bermainah bersama orangtuamu (hah…ngga salah nih ?)
Tentu saja tidak sobat muda. Mungkin kamu berpikir bahwa akan membuang banyak waktu untuk mengajarkan orangtuamu YM, Facebook, dll sedangkan untuk sms saja mereka seringkali masih kesulitan. Namun dengan mengikutsertakan mereka dalam aktivitasmu di dunia maya akan meningkatkan kepercayaan mereka terhadapmu serta menunjukkan bahwa kamu mengasihi dan menghormati mereka. Tentunya kamu juga akan lebih suka kalau kamu punya orangtua yang lebih ‘gaul’ kan ya ?

Copyright by Yohanna Adriana

Senin, 20 Oktober 2008

My Fortress

INi salah satu karya mantan muridku, so inspire..JOshua with "My Fortress"

Kamis, 16 Oktober 2008

Di tengah Masa Kesesakan, Taburlah Suatu Benih


Salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi dalam pencarian kita untuk menikmati kehidupan terbaik kita adalah godaan untuk hidup dengan mementingkan diri sendiri. Di zaman yang sertba individualis ini kita diajarkan untuk menjadi nomor satu. “Apa keuntunganku di situ?” Aku akan menolongmu, tetapi apa yang akan kudapatkan sebagai imbalannya?” Seringkali pikiran tersebut terbersit dalam pikiran kita dalam hubungan kita dengan orang lain bahkan dengan Tuhan.

Namun kadangkala kita lupa Tuhan tidak pernah menciptakan kita untuk hidup bagi diri sendiri. Siapapun manusia di dunia ini, tanpa memandang suku bangsa, warna kulit, usia bahkan agama; diciptakan untuk menjadi seorang pemberi. Oleh karena itu kita tidak akan pernah benar-benar puas sebagai seorang manusia sebelum kita menjadi seorang pemberi, karena itulah hakikat kita sebagai manusia.

Ketika kita terperangkap dalam kemarahan, kekhawatiran, mengasihani diri sendiri dll, saat kita menenggelamkan diri dalam masalah-masalah dalam saya, itulah rumus untuk depresi dan keputusasaan. Jadi apabila kita sekarang berada dalam depresi dan keputusasaan, marilah kita tilik hati kita yang terdalam, apakah kita saat ini lebih mementingkan diri kita sendiri atau kita berfokus kepada Tuhan dan orang lain.

Dengan demikian salah satu solusi agar kita keluar masalah yang kita hadapi adalah dengan menolong orang lain menyelesaikan masalahnya. Benarkah itu ? Ya. Mulailah dengan menabur suatu benih agar Tuhan dapat mendatangkan panen bagi kita. Saat kita memiliki masalah dalam financial, bagikan sebagian uang yang kita miliki untuk memberi sedekah kepada orang yang memerlukan, memberi lebih banyak dari persembahan kita, atau jika kita tidak memiliki kelebihan uang kita dapat memberikan senyuman kepada orang asing yang kita temui dalam perjalanan kita. Apabila kita kesepian dan kakurangan sahabat, menabur kasih dan kehangatan kepada sesama kita adalah benih yang subur yang dapat kita tabur. Saat kita ingin menyaksikan kesembuhan dan pemulihand alam kehidupan kita, tolonglah seseorang menjadi pulih dan sembuh. Intinya, saat kita menjangkau orang lain yang membutuhkan, Tuhan akan memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan kita sendiri disediakan olehNya.

Alkitab menyebutkan, “Dalam masa-masa kesukaran, percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik.” TIdak cukup hanya mengatakan kepada TUhan, “Tuhan aku percaya kepadamu. Aku tahu bahwa Engkau akan memenuhi semua kebutuhanku.” Itu sam dengan petani yang tidak menanam benih apapun dan mengharapkan panen yang luar biasa. Firman TUhan mengatakan bawha ada dua hal yang harus kita lakukan dalam masa-masa kesukaran. Pertama, kita harus mempercayai Tuhan dan kedua, kita harus pergi dan melakukan sesuatu yang baik.

John Bunyan, penulis buku klasik The Pilgrim’s Progress berkata, “Engkau belum hidup hari ini sebelum engkau melakukan sesuatu untuk orang yang tidak dapat membayar kembali kepadamu”. Dalam masa kesukaran, jangan hanya duduk-duduk sambil merasa kasihan kepada diri sendiri. Pergi dan taburlah sebutir benih. Bahkan kita tidak perlu menunggu sampai mempunyai suatu masalah sebelum kita mulai menabur. Kita seharusnya terus-menerus mencari cara-cara agar kita dapat menjadi berkat, bukan hanya saat kita membutuhkan. Kita seharusnya bangun setiap pagi dengan mencari berbagai cara untuk menolong orang lain. Jika kita mau melakukannya, Alkitab berkata bahwa berkat-berkat Tuhan akan mengejar dan merebut kita.